Mohon tunggu...
Former bastard
Former bastard Mohon Tunggu... Nelayan - Wiraswasta

Act Bigger Live Bigger

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cerita Tentang Pancasila

17 Juni 2020   22:05 Diperbarui: 17 Juni 2020   22:01 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada tanggal 10 juni 2020 hari yang lalu tetangga depan rumah saya sedang merayakan pesta ulang tahun anaknya yang pertama. Pesta berlangsung semarak, penuh sukacita dan suasana gembira. Semua orang larut di dalam nya. Kini anaknya yang berulang tahun itu telah berusia 3 setengah tahun, lucu serta menggemaskan. Badannya sangat sehat. berat tubuh nya pun semakin bertambah. Semua orang pasti akan suka melihat bayi itu kemudian mungkin ingin menggendongnya barang sebentar. 

Seorang bayi akan cepat berkembang, tumbuh dewasa, dan fisiknya sehat tentu saja karena mendapat perawatan dan pola asuh yang optimal dari orang tua nya. Hal itulah yang sudah di lakukan oleh tetangga saya tersebut. Bayinya selalu di berikan asupan gizi yang cukup. Di rawatnya dengan penuh kasih sayang. Dan jika telah cukup umur akan di sekolahkan di sekolah terbaik. 

Seorang tetua pernah mengatakan bahwa anak merupakan satu bagian darah daging orangtuanya. Golongan darahnya pasti sama, Semua karakter yang melekat pada anak akan sama persis dengan ibu bapak nya. Ciri fisik sang bayi juga merupakan percampuran dari orang tuanya. Singkatnya. semua yang ada pada orang tua akan di jumpai pula pada anak. Sementara didikan/ perawatan oleh  Orang tua membawa dampak besar di kemudian hari. Ibu kandungnya akan bangga jika anaknya berhasil mendapatkan cita & cintanya serta mampu mengabulkan harapan dari ibunya. 

Pesta ulang tahun anak tetangga ini membawaku kembali mengingat tentang hari lahir Pancasila yang Pada Tanggal 1 Juni rutin di peringati pada tiap-tiap tahun. Ada persamaan tentang sebuah momen kelahiran tersebut, tak terkecuali kelahiran pancasila. 

Seorang bayi terlahir ke dunia tentu saja muncul dari rahim ibunya, dirawat dan diasuh oleh ibunya, di didik ibunya, setelah dewasa nanti bayi itu akan mewujudkan semua impian & harapan ibunya. Apakah seorang anak akan berkembang fisik , karakter dan nalarnya tergantung pada si ibu serta peran dari lingkungan. Semua proses ini kemudian terangkum dalam sebuah fase kehidupan manusia.

Pancasila juga mengalami situasi yang hampir sama pada fase kehidupan sang bayi. Dalam Ranah edukasi telah diterangkan bahwa bayi bayi di ciptakan dari proses pembuahan sel telur wanita dan sperma, terus menerus berkembang hingga menjadi janin . Sementara itu Pancasila terlahir ke dunia ini juga melalui tahapan-tahapan tersebut. Dimana pancasila di lahirkan dari rahimnya. Artinya, pancasila itu terlahir  dari bumi Indonesia. Semua yang tercantum didalam Lima butir sila pada Pancasila merupakan hasil atau "saripati" yang di gali dari tatanan kehidupan manusia Indonesia. "Sari Pati " itu Terus menerus berproses menuju kepada kondisi sempurna, dan tatkala pada waktu yang tepat pancasila kemudian terlahir. Wujud dari "saripati" tersebut berupa lima sila Pancasila yang sampai detik ini kita ketahui bersama. Tahapan berikutnya yang mutlak harus di lakukan ialah merawat Pancasila itu sendiri. Tidak jauh berbeda dengan seorang bayi manusia, pancasila juga memerlukan perawatan perawatan optimal guna menuju kondisi kedewasaan, perawatan pancasila bisa melalui jalur pendidikan dan sebagainya. 

Sementara Yang berkewajiban merawat pancasila itu sendiri adalah semua manusia Indonesia, mengingat pancasila ialah "anak" / perwujudan karakteristik manusia Indonesia. Dengan kata lain yang berkewajiban merawat bayi/anak adalah kedua orangtuanya. Oleh karenanya dalam hal ini Seluruh manusia Indonesia mempunyai peran dan tanggung jawab yang sama sebagai perawat pancasila. Pancasila merupakan gambaran karakteristik manusia Indonesia seutuhnya. Semua yang ada dan dimiliki  manusia Indonesia telah di tuangkan kedalam lima sila Pancasila tersebut.

Di lain sisi Realitas yang dapat kita amati sekarang adalah pancasila tak mampu berkembang sebagaimana mestinya. Lalu Tercipta Banyak masalah didalam nya, tak kunjung dewasa meskipun usianya telah mencukupi. Sehingga yang terjadi kemudian seluruh warga  indonesia belum juga mendapatkan hasil dari pancasila tersebut.

 Sebagai contoh mudahnya adalah Sama seperti kisah anak anak nakal yang ada di sekitar kita. mereka terlahir dari orangtua orangtua prematur yang kurang pandai dalam memberikan perawatan dan pendidikan, sehingga ketika anaknya tumbuh dewasa mereka tak memperoleh hasil jerih payahnya dalam membesarkan anak selama ini. 

Jika seorang bayi tak mampu bertumbuh Atau berkembang secara baik hampir dapat dipastikan oleh dua hal yakni :

pertama, bayi tersebut memiliki penyakit dan hal kedua di karenakan tidak di berikan perawatan yang optimal. Hal inilah yang juga berlaku pada Pancasila saat ini. Pancasila saat ini sedang di rawat oleh orang-orang yang dalam tanda kutip. prematur, tak kompetitif, tidak ahli dalam segi praktek, di asuh oleh orang orang yang hanya pandai berbicara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun