Mohon tunggu...
FORMATETA UNRI
FORMATETA UNRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Wadah untuk mengasah Skill

Formateta merupakan divisi dari Himpunan Mahasiswa Teknologi Pertanian Universitas Riau yang Memiliki Sub divisi Foragrin dan HMPPI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sehat dan Bergizi Bersama Pangan Lokal

13 Maret 2022   21:50 Diperbarui: 13 Maret 2022   21:52 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adanya perubahan gaya hidup, perubahan sosial budaya, serta ekonomi di lingkungan masyarakat Indonesia menyebabkan terjadinya perubahan pola konsumsi pangan masyarakat. Pola konsumsi pangan pokok (beras) serta pola konsumsi pangan yang kebarat-baratan dan siap saji menjadi tren dimasa kini terlebih lagi di masa pandemi yang serba instant ini, sehingga pola konsumsi terhadap pangan lokal pun luntur. Oleh sebab itu, tugas kita sebagai generasi milenial harus selalu berupaya mensosialisasikan kepada masyarakat luas akan pangan lokal yang ketersediaannya cukup berlimpah.

Mengapa harus pangan lokal?

Kebijakan pemerintah di bidang pangan untuk komoditas beras mengakibatkan pola pangan pokok masyarakat yang dahulu beragam (seperti beras, umbi-umbian, jagung, sagu, pisang, dan lain-lain sesuai dengan potensi dan budaya lokal), kini mengalami perubahan yang cenderung ke arah pola pangan pokok tunggal yaitu beras. Utami (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa "lambat laun kebijakan pola pangan pokok tunggal (beras) ketersediaannya akan semakin menurun seiring dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat, untuk itu perlu diadakan kebijakan pengembangan pangan yang diarahkan pada penganekaragaman (diversifikasi pangan) baik dari segi jenis (menu), jumlah, maupun standar mutu dan keseimbangan gizinya melalui pangan lokal baik nabati ataupun hewani".

Diversifikasi pangan kini menjadi topik yang tepat untuk dibicarakan agar pangan lokal semakin berkembang dan ketergantungan pada beras dapat dikurangi. Indonesia memiliki lebih dari 70 jenis pangan sumber karbohidrat, namun pemberdayaan budi dayanya masih kurang. Berbagai jenis umbi-umbian yang dulu sering dikonsumsi masyarakat kini semakin langka dijumpai. Andriansyah seorang pakar gizi IPB University (2021) mengatakan bahwa "ditengah serbuan wabah COVID-19 yang meruntuhkan ketahanan pangan rumah tangga, gerakan menanam pangan lokal di sekitar pekarangan rumah bisa menjadi solusi utuk menopang kebutuhan pangan masyarakat yang semakin langka dijumpai". Untuk itu, mari hidup sehat dan perbaiki kualitas gizi dengan pola konsumsi pangan dengan diversifikasi pangan dan pemanfaatan pekarangan rumah bersama pangan lokal.

Sumber:

Ade, Shira. 2021. Mari Hidup Sehat dengan Pangan Lokal. indobalinews.pikiran-rakyat.com. Diakses pada Hari Selasa, 1 Maret 2022. Pukul 20.05 WIB.

Andriansyah. 2021. Pakar Gizi IPB University Bicara Pentingnya Bangkitkan Pangan Lokal di Masa Pandemi. dikti.kemdikbud.go.id Diakses pada Hari Selasa, 1 Maret 2022. Pukul 20.10 WIB.

Suryana, Achmad. 2020. Pangan Lokal untuk Ketahanan Pangan dan Gizi Masyarakat pada Masa Pandemi Covid-19. pse.litbang.pertanian.go.id Diakses pada Hari Selasa, 1 Maret 2022. Pukul 20.00 WIB.

Utami, Pujiati. 2015. Potensi dan Ketersediaan Bahan Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Non Beras di Kabupaten Banyumas. JDEB. Vol. 12 No. 2: 151.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun