Mohon tunggu...
FORMADIKSI UNRI
FORMADIKSI UNRI Mohon Tunggu... Administrasi - Organisasi Mahasiswa Bidikmisi

Akun resmi Forum Mahasiswa Bidikmisi Universitas Riau, dikelola oleh bidang Minat Bakat dan Kesenian

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aku Lah Si Munafik Itu

19 Desember 2018   21:23 Diperbarui: 19 Desember 2018   21:35 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pixabay

Semburat cahaya merah merah menyelimuti  bumi, menampakkan panorama matahari ditelan bumi. Suara kicauan burung berserakan mulai mencari tempat peristirahatan setelah lelah mengais rezeki.

"Sodaqallahul 'aziimm...."terdengar suara begitu indah dan merdu mengalun di pojokan masjid Al-Ikhlas. Terlihat beberapa orang jama'ah perempuan mengelilingi seorang perempuan bercadar menutupi wajahnya dengan jilbab panjang dengan balutan gamis lebarnya sedang terkagum-kagum melihat dirinya.

"Afwan Ukhti, mengapa melihat saya seperti itu" tanya Zulaika kepada salah seorang jama'ah yang sedari tadi tampak ingin mengatakan sesuatu.

"Ah.. ma..maaf Ukhti, saya hanya kagum saja melihat Ukhti, saya yakin, wajah ukhti didalam sana sangat lah cantik, sehingga Ukhti menutupi nya dan segala hal dari Ukhti saya mengaguminya terutama akhlak dan pengetahuan Ukhti luar biasa tidak hanya pengetahuan dunia tapi juga pengetahuan agamanya. Bahkan saya sempat berfikir ingin menjadi seorang yang seperti Ukhti ini"  Tutur jama'ah tersebut gelagapan, sampai akhirnya jujur mengatakannya sambil tersenyum-senyum.

Berbeda dengan Zulaika, bukannya tersenyum dan senang, justru matanya merah, bergelinangan air mata, sampai akhirnya air matanya jatuh menetes membasahi niqobnya.

"Maaf..maafkan saya Ukhti, saya tidak bermaksud, kalau ada ucapan saya yang menyinggung perasaan Ukhti" ucap jama'ah tersebut sambil menenangkan Zulaika, merasa bersalah sekaligus bingung mengapa guru ngajinya menangis mendengar ucapannya. 'bukankah seharusnya Ia senang mendengarnya'-batinnya.

"Maaf.. Saya tidak apa-apa" Jawab Zulaika jujur.

"lalu mengapa Ukhti menangis?? Ceritakan lah kepada kami, mana tahu kami bisa belajar dari pengalaman Ukhti" jawab salah seorang jama'ah.

Zulaika terdiam sejenak, berpikir untuk menceritakannya atau tidak? Hening, sampai Zulaika bersuara.

"Baiklah, akan saya ceritakan, tapi ceritanya hanya cukup dibicarakan disini saja" pinta Zulaika yang diberi jawaban anggukkan kepala dari jama'ahnya.

*****


"Matahari mulai beringsut dari peradaban, meninggalkan siang menunggu malam. Suara lantunan ayat suci Alqur'an terdengar memecah kebisingan dari suara mobil dan motor yang berserakan menuju rumah masing-masing. Tapi tidak denganku,aku sibuk dengan permainan volly ku, aku lupa akan waktu, walau aku mendengar suara ngajian menjelang azan maghrib dikumandangkan. Yang ada dipikiranku hanyalah, aku harus bisa mengalahkan lawanku. Pantang pulang sebelum menang, begitu lah kira-kira prinsip yang dipegangnya. Setelah 

pertandingan selesai dengan bangganya aku pulang disaat orang sedang bersujud memohon ampun kepada-NYA dan aku pun sadar aku seorang hafidzah dengan hafalan 1 juz, tapi tetap lalai dengan perintahnya. Dengan santainya melewati laki-laki dengan pakaian yang bisa dibilang tidak pantas untuk dipakai diluar rumah.

 Dengan bangganya menampilkan lekuk tubuh dengan rambut pendek terurai, dan lebih  parahnya lagi, aku tau itu aurat yang seharusnya ku tak perlihatkan begitu saja, tapi tetap memamerkannya dengan rasa bangga yang begitu tinggi" terdengar sedikit isakan dari Zulaika, berusaha menahan tangis, akan apa yang telah dia lakukan. Sembari mencoba menenangkan diri, untuk melanjutkan ceritanya.

"Hingga suatu hari aku mendapat teguran dari Allah SWT. Pada saat itu, sehabis petandingan, aku pulang dengan pakaian yang tetap sewaktu aku bermain volly. Hingga seorang lelaki mengatakan kata-kata kotornya yang diselimuti nafsu. Mendengar kata-katanya saja, ingin rasanya menamparnya. rasa malu, sakit, hina dan rendah hanya bisa ku curahkan lewat air mata.  

Pada saat itu aku mulai sadar, bahwa selama ini yang salah diriku, bukan mereka yang memperhatikanku. Aku mulai memperbaiki cara berpakaian ku, tak lupa pula aku memakai jilbab untuk menutupi tubuhku, tapi aku masih tetap tidak mengerti dengan tegurannya. Aku memang berjilbab, tapi pakaian ku tetap saja masih menampilkan bentuk tubuh, bahkan aku memulai hal yang baru, yang pastinya tidak Allah ridhoi.Yak, aku berpacaran, dengan dalih penasaran. 

Pegang-pegangan tangan ku anggap wajar, walau dalam hati berduaan saja juga takut. Alih-alih pacaran, aku pun mulai meninggalkan hafalan qur'an ku. Tebak seberapa ruginya aku, di saat orang berlomba ingin menjadi hafidzah, aku tinggalkan dia demi kebahagiaan dunia ku" Zulaika  kembali menangis, bahkan lebih tersedu dari sebelumnya.

"lalu apa yang Allah berikan? Menghukum ku? Tidak. Justru Allah balikkan hatiku. Bagaimana caranya? Allah patahkan hatiku terhadap seseorang yang belum halal bagiku, dan Allah masukkan ku ke sekolah yang akan mengembalikan keimanan ku. Disana aku di asramakan, jauh dari pergaulan laki-laki yang bercampur dengan perempuan. 

Alhamdulillah aku dipertemukan dengan seorang yang bermurah hati mau membimbing, dan dia tidak pernah sekalipun memaksaku memakai pakaian syar'i. Sampai terniat di hati saya ingin seperti dirinya, pada saat Ia mendengar saya ingin seperti dirinya, Ia berkata ' Aku hanyalah seorang munafik, aku bukan orang yang sepenuhnya baik, tapi ingin mencoba memperbaiki diri. jangan, jadi orang seperti ku karena aku masih sering lalai akan padanya. 

Karena, jika dirimu berubah karena aku, suatu saat kamu akan berubah seperti yang dulu, di saat kamu nantinya menemui kesalahan dalam diriku. Tapi jadilah dirimu sendiri, karena keimanan kepada Allah lah yang akan menjaga ke istiqomahan mu', lalu Ia memberikan kaos kaki, dan sepasang handsocknya padaku sebagai langkah awal peubahanku."

" selama disana aku merenungi apa yang telah apa ku lakukan sebelumnya, sampai terniat kembali untuk menjadi penghafal Al-Qur'an. Sulit memang menemukan kembali ingatan yang sudah lama dilupakan. Sempat aku menangis semalaman, mengingat betapa lancarnya dulu hafalan ku, yang sekarang membacanya saja terbata-bata. 

Tapi aku menyadari, ini hanya cara Allah untuk ku lebih dekat dengannya, dengan selalu membaca kitab sucinya. Dan disinilah aku sekarang, aku yang munafik, aku yang hina, aku yang rendah, tiba-tiba Allah angkat derajatku, walau begitu banyak hamba ini bergelimang dosa atas apa yang telah ku 

perbuat. Walau demikian, Allah tetap merangkul. Allah tidak ingin kita jauh darinya, tapi kebanyakan kita lalai akan apa yang telah Allah lakukan agar kita dekat kepadanya. jadi,  jangan mengagumi ku, kagumi lah  Allah. Sesungguhnya tak akan ada kekecewaan bagimu kepada-NYA" Zulaika menghapus air matanya, sambil tersenyum kepada jama'ah.

" Baik, sekian saja kajian, kita pada hari ini, semoga dari apa yang telah saya sampaikan, semoga bermanfaat, ambil baiknya, buang buruknya. Kita akhiri dengan 'Subhanakallah wabihamdika, ashadu anla illahailla anta, astaghfiruka waatubu ilaih' walhamdulillahirabbil'alamiin"

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh"Zulaika mengakhiri, dan bersalaman sebelum pergi mengambil wudhu' persiapan sholat maghrib.

THE END.

Saya Dewi Sartika, "Salam Kota Jalur".
Yang sedang berproses dalam prodi Manajemen FEB 2018.
"Tak ada kata terlambat untuk berubah, justru terlambat berubahlah yang salah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun