Mohon tunggu...
Forex Simpro
Forex Simpro Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Apa Kabar Perekonomian Negara Berkembang di 2016?

8 Januari 2016   11:46 Diperbarui: 8 Januari 2016   12:18 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari-hari menjelang penantian mengakhiri masa sulit di 2015 telah berakhir. Apa Kabar Perekonomian Negara Berkembang di 2016? Negara berkembang boleh bernafas lega karena hingga awal tahun 2016 masih tetap bisa berdiri ditengah perlambatan ekonomi. Apa yang paling ditakutkan terjadi yaitu terkena dampak kenaikan suku bunga AS tak terjadi. Sekalipun sempat menggoyang tapi tetap masih dapat bertahan. Seperti yang kita ketahui, The Fed umumkan keputusannya untuk naikkan suku bunganya pada hari Kamis, 17 Desember 2015.  Peristiwa ini menjadi suatu momentum yang ditunggu pasar sejak semester kedua tahun 2015  dimana The Fed saat itu melemparkan isu hangat terkait rencana kenaikan suku bunga.

Kali ini kenaikan suku bunga AS cukup signifikan. Tak tanggung-tanggung naik sebesar 25 BP menjadi 0,50 % dari 0,25 % sebelumnya. Tercatat sebagai rekor tertinggi sejak Desember 2008. The Fed memang cukup punya alasan untuk memutuskan hal ini. Alasan paling utama Janet Yellen mengambil keputusan fenomena ini adalah kondisi pasar tenaga kerja alami pemulihan atau dengan kata lain alami peningkatan yang cukup besar.

Prediksi para analis mengatakan bahwa negara-negara berkembang akan mengalami dampak yang paling buruk. Beberapa prediksi mereka adalah kenaikan suku bunga akan mengacaukan harga komoditas, nilai tukar mata uang dan bahkan pergeseran arus modal dari negara berkembang. Dampak paling berat adalah menurunnya nilai tukar mata uang negara berkembang yang siudah pasti disertai penurunan sentiment pasar karena aliran modal dari negara besar berbalik kembali ke pangkuan AS , negara dengan julukan paman Sam ini.

Namun demikian, prediksi ini belum sepenuhnya terjadi untuk beberapa waktu ini. Seperti yang dapat kita lihat beberapa hari setelah kenaikan suku bunga maka dollar tidak alami penguatan secara signfikan. Dari hasil akhir perdagangan forex  sesi  Amerika Rabu, 16 Desember waktu setempat tercatat kurs dollar AS hanya alami sedikit peningkatan. Bisa dilihat hanya bergerak sedikit saja terhadap major currencies dari akhir perdagangan hari Selasa. Terpantau indeks dollar sepanjang hari itu berakhir tanpa kenaikan yang berarti walaupun memang sempat naik ke posisi tertinggi selama satu minggu setelah pengumuman kenaikan suku bunga.

Bagaimana untuk jangka panjangnya? Apakah masih perlu negara berkembang berwaspada? Tentu saja hal ini patut dicermati dan diambil tindakan preventif untuk mencegah terjadinya keguncangan ekonomi di negara-negara berkembang khususnya terhadap 5 negara dengan defisit  transaksi  seperti Afrika Selatan, Brazil, Indonesia, Turki dan India.

Secara teori kenaikan suku bunga dipastikan menjadi penanda kebangkitan ekonomi AS yang disertai penguatan dollar AS. Ketika dollar semakin menguat maka mata uang negara berkembang, contoh  Indonesia akan alami tekanan. Suku bunga yang tinggi juga sudah pasti menjadi daya tarik tersendiri bagi para investor sebab akan meningkatkan return bagi kredit dan simpanan bank  di Amerika Serikat. Kondisi ini pastinya menjadi daya magnet  bagi para penanam modal dan juga perusahaan-perusahaan besar untuk berinvestasi di  Amerika.

Pada jangka panjang dikhawatirkan juga kenaikan ini akan membentuk gejolak pada keuangan pasar negara berkembang.  Oleh karena itu, sudah seharusnya negara berkembang melakukan beberapa tindakan terutama dalam memperkuat perekonomian domestik seperti juga memperhatikan usaha-usaha mikro yang terbukti lebih kuat hadapi krisis.

Di Indonesia sendiri, Gubernur BI, Agus Martowardojo menghimbau agar pemerintah Indonesia harus mempercantik iklim investasi sehingga tetap menjadi primadona utama di mata para investor dan perusahaan-perusahaan global . Ditengah situasi yang sulit sejatinya selalu ada kesempatan untuk mengadakan perbaikan. Mari kita nantikan kinerja pemerintah dalam menghadapi segala resiko jangka panjang akibat kenaikan suku bunga AS. Satu hal juga yang memberi angin segar, para analis berpendapat bahwa ketakutan pasar negara berkembang tidak akan terulang lagi sperti apa yang terjadi pada tahun 1982 dan 1994 lalu. Teringat saat itu The Fed melakukan pengetatan kebijakan yang akhirnya membuat badai besar bagi keuangan negara berkembang termasuk Indonesia.

Lalu bagaimanakah pergerakan suku bunga AS dan trend dollar selanjutnya di tahun ini? Prediksi mengatakan trend dollar akan menguat namun perlu tetap diwaspadai sebab kondisi global yang carut marut dapat serta merta dalam sekejap mengguncang perekonomian negara adidaya ini termasuk gejolak di Timur Tengah dan perseteruan Arab Saudi versus Iran yang baru saja terdengar semakin memanas. Sementara, rencana kenaikan suku bunga AS hingga 2,25 % sampai akhir tahun 2016 bisa saja terjadi walaupun demikian bisa dipastikan akan bertahap. Oleh karena itu, baiklah Anda tetap cermat mengamati kondisi fundamental sebagai dasar ambil keputusan saat trading. Kalau ingin tahu lebih banyak mengenai pergerakan pasar paska kenaikan suku bunga terus simak perkembangannya di akun Kompasiana saya ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun