Gambar: DC United.com
Sama seperti pemain timnas U-19 Evan Dimas yang sedang melejit saat ini, nama Syamsir Alam pernah menjadi fenomena dalam persepakbolaan Indonesia. Mulai mengukir nama besarnya di ajang Danone Nations Cup di Paris, Perancis 2003 dan menjadi andalan tim SAD (Sociedad Anonima Deportivo) Uruguay. Bersama SAD, Alam mencentak banyak gol di ajang quinta division (U17) Uruguay. Karena kecemerlangannya di SAD, Alam pun sempat direkrut oleh Atletico Panerol yang merupakan salah satu klub terbesar di Uruguay.
Syamsir Alam kemudian dipanggil untuk memperkuat timnas U-19 di ajang kualifikasi Piala Asia 2009. Di timnas Indonesia U-19, permainan Alam terlihat sangat menonjol dibandingkan dengan teman-temannya. Kontrol bola yang menawan, body balance yang mumpuni, determinasi dan penguasaan bola yang baik, tendangan yang akurat dan kemampuan lari yang melebihi rata-rata mampu menjadikan Alam sebagai pemain terbaik sekaligus top skor bagi Indonesia dengan mengemas 4 gol dari 4 pertandingan. Meskipun saat itu Indonesia gagal lolos ke ajang Piala Asia, pecinta sepakbola melihat secercah harapan dari sosok Alam. Harapan akan kemajuan bagi sepakbola Indonesia. Sejak saat itu, begitu banyak pecinta sepakbola tanah air yang mengidolakan Syamsir Alam, dan menaruh harapan besar di pundaknya.
Sayang sinar itu kini kian meredup. Permainan Syamsir Alam yang dulu mempesona tidak lagi terlihat sewaktu mengikuti Pelatnas Indonesia U-23, sehingga namanya pun kini dicoret oleh coach Rahmad Darmawan dari timnas U-23. Syamsir Alam yang dulu begitu kokoh berdiri, kini begitu mudah terjatuh. Yang dulu begitu cepat dan lincah, kini terkesan sangat lambat dan malas. Dimana sosok Alam yang dulu?
Mungkin minimnya kesempatan bermain di klub menjadi salah satu alasan memburuknya performance Syamsir Alam. Semenjak hengkang dari Atletico Panerol ke Visee (klub divisi 2 Belgia), Syamsir Alam jarang mendapatkan kesempatan bermain. Ketatnya persaingan di posisi striker membuat Alam hanya menjadi benchwarmer di Visee. Bandingkan dengan Alvin Tuasalamony yang mendapat tempat regular di Visee, penampilannya pun terlihat semakin bersinar. Ketika pindah ke DC United pun nasib Alam tak jauh berbeda. Semenjak kedatangannya pada 25 Januari 2013, Syamsir Alam belum pernah sekalipun mencicipi kompetisi MLS (Major League Soccer) Amerika. Bersama DC United, Syamsir Alam hanya dimainkan untuk laga persahabatan.
Faktor tekanan mental mungkin juga cukup berpengaruh bagi kondisi Alam, mengingat ekspetasi tinggi yang dibebankan publik kepadanya. Saat ini Twitter Alam memiliki 217.798 followers, jumlah yang cukup banyak bagi seorang pemain MLS. Tak tanggung-tanggung, Washington Post pernah membuat artikel berisi sindiran terhadap Syamsir Alam dan kepopulerannya di dunia maya. Kritik pun datang bertubi-tubi seiring menunurunnya kualitas permainan Alam, baik dari haters atau dari penggemar yang kecewa. Pecinta bola Tanah Air merindukan Syamsir yang dulu, yang bersemangat juang tinggi, yang bahkan dapat memberi spirit bagi seluruh tim yang bermain bersamanya. Pada ajang penyisihan Piala Asia U-19 penampilan Alam selalu menjadi roh bagi teman-temannya. Ketika Syamsir Alam ada, tim Indonesia menjadi sulit untuk dikalahkan, bahkan ketika melawan tim kuat seperti Australia sekalipun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H