Di bumi Nusantara, 400 tahun sebelumnya ada seorang peramal yang bernama JAYABAYA, ia dikenal oleh masyarakat pada zaman itu mempunyai kemampuan meramal masa depan. Jayabaya adalah raja Kediri yang memerintah tahun 1135-1157. Terdapat beberapa naskah yang berisi “Ramalan Jayabaya”, antara lain Serat Jayabaya Musarar, Serat Pranitiwakya, dan lain sebagainya.
Beberapa ramalan Jayabaya memang lumayan fenomenal, banyak ramalannya yang bisa ditafsirkan “mirip” keadaan setelahnya. Jayabaya misalnya telah meramalkan tentang bangsa utara berkulit pucat yang akan menguasai Nusantara dengan tongkat berapi (zaman penjajahan bangsa Eropa). Kemudian kedatangan “saudara tua” menguasai Nusantara yang lamanya hanya seumur jagung (penjajahan Jepang).
Kepemimpinan di Indonesia
Dalam ramalannya tentang siapa dan bagaimana urutan pemimpin Indonesia, Jayabaya merumuskannya dalam 1 kata yaitu “NOTONEGORO”. Dari ramalan ini kita mengenal nama Soekarno, karena suku kata namanya berakhiran “no”. Lalu ditafsirkan bahwa orang yang bisa ‘menata negara’ atau menjadi pemimpin di Nusantara adalah orang yang namanya berakhiran no, to, ne, go, atau ro. Bisa juga cukup “no” dan “to” saja. Buah dari akibat ramalan ini adalah suku kata “no” dan “to” menjadi suku kata akhir kebanyakan nama orang Jawa. Para orangtua (untuk laki-laki) memberi nama anaknya dengan akhiran “no” atau “to”, tujuannya adalah supaya anak tersebut menjadi raja atau presiden.
Sebelum Joko Widodo alias Jokowi muncul ke pentas nasional sebagai tokoh poltik ‘the rising star’, banyak orang Jawa meyakini bahwa setelah Susilo Bambang Yudhoyono mengakhiri masa kepersidenannya, maka yang menjadi Presiden RI berikutnya adalah Prabowo Subianto. Tapi setelah Jokowi mendadak populer, nama Prabowo seakan mengalami ‘degradasi’.
Hal ini mengacu pada ramalan Notonegoro, bahwa setelah nama pemimpin Indonesia yang berakhiran “no” maka sebagai gantinya akan muncul nama “to”. Soekarno digantikan Soeharto, dan Yudhoyono akan digantikan Subianto? Tapi kemudian juga muncul penyimpangan karena nama lengkap dari Prabowo adalah Prabowo Subianto Djojohadikusumo, berakhiran “mo”. Kemudian yang pro-Jokowi menganggap Jokowi lebih mendekati kepada ramalan Notonegoro. Joko Widodo terlahir dengan nama masa kecil Mulyono, sama dengan Soekarno yang mempunyai nama kecil bernama Koesno Sosrodihardjo. Jadi sama-sama pernah ganti nama ketika masih kecil.
Jadi, NoToNeGoRo merujuk pada no (Soekarno), to (Soeharto), ne; bukan orang Jawa (BJ Habibie), goro; ribut-ribut (terbukti dengan terpilihnya Abdurrahman Wahid yang kemudian digantikan Megawati). Terus balik lagi ke no (Susilo Bambang Yudhoyono). Kemungkinan besar akan digantikan oleh “mo” Prabowo Subianto Djojohadikusumo atau “do” Joko Widodo.
Ramalan Jayabaya tentang pemimpin Indonesia kini menjadi kenyataan. Jokowi terpilih dan menambah keyakinan kita bahwa sudah dituliskannya segala sesuatu tentang kepemimpinan di Indonesia. Jayabaya meramalkan tentang keadaan Pemimpin Nusantara yang ke-7 (Jokowi), yaitu.
1. Orang Miskin Hidup Bahagia
Berdasarkan ramalan ini, mungkin bisa kita lihat awalnya sekarang dari Presiden Jokowi yang mengeluarkan Kartu Indonesia Pintar, Sehat, dan Jaminan Sosial yang lainnya yang bertujuan untuk membantu orang-orang yang kurang mampu.
2. Pembangunan Merata
Berdasarkan ramalan ini, bisa kita lihat dengan diluncurkannya sebuah gagasan Tol Laut dari Jokowi. Di dalam kepemimpinan Jokowi, Ia bermaksud untuk membangun 24 Pelabuhan besar di seluruh wilayah Indonesia. Jika dikaitkan dengan ramalan, tentu hal ini merupakan tindakan untuk meratakan pembangunan di Indonesia.
3. Indonesia Dihormati Negara Lain
Berdasarkan ramalan dari Jayabaya, pada masa kepemimpinan presiden Indonesia yang ke-7,bisa kita lihat sekarang ini betapa antusiasnya para pemimpin dunia untuk bisa bekerja sama dengan Jokowi.
Terus berkarya Pak, bangun Indonesia menjadi negara terbaik. Sukses terus, Pak!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H