Akan tetapi, kehadiran platform digital yang mudah diakses umum dan makin beragamnya pemilik media, memungkinkan kita menjumpai berita yang makin beragam.Â
Inilah yang biasa dikenal sebagai diversity of ownership (keberagaman pemilik media) dan diversity of content (keberagaman isi konten). Belum lagi, penggunaan multimedia yang makin berkembang pesat turut memperluas cara penyebaran konten.
Mereka yang Peduli
Di lingkup global, kamu mungkin pernah mendengar aksi #MeToo yang implikasinya turut meningkatkan kepedulian masyarakat akan isu kekerasan seksual.
The Economist ini, misalnya, menggambarkan bagaimana gerakan ini mengubah pandangan dunia tentang kasus pelecehan seksual. Pemberitaan ini pada akhirnya tidak hanya bicara soal advokasi korban dan hukuman bagi pelaku, tapi pada sesuatu yang lebih fundamental, yakni kesetaraan gender.
Selain itu, isu kesehatan mental kian mendapat tempat di ruang-ruang publik. Mulai dari sekadar menyadarkan masyarakat akan pentingnya isu ini, pemicunya, hingga penanggulangan isu kesehatan mental.
Teen Vogue pada 2019 lalu memberitakan isu kesehatan mental yang masih dianggap tabu, bahkan dalam industri budaya populer sekelas K-Pop. Namun, dalam artikel yang sama, dijelaskan bagaimana isu kesehatan mental perlahan mulai diterima di masyarakat.
Apa Diangkat Saja Cukup?
Jika konten jurnalisme perlahan mulai beragam, apakah hal itu sudah cukup? Tentu saja tidak.