Belakangan kata multimedia makin familiar, bahkan benda-benda di sekitar, mulai kita sematkan label multimedia. Ruang multimedia, misalnya, suatu ruangan yang selalu saya temukan selama sekolah, selain ruang kelas atau TU. Tapi, apa sebenarnya makna konsep ini? Bagaimana konsep ini berperan dalam setiap informasi yang kita akses sehari-hari?
Mendefinisikan Multimedia
Multimedia berasal dari kata 'multi' dan 'media.' Multi dalam bahasa Inggris biasa kita artikan sebagai banyak. Sementara itu, media kita maknai sebagai sarana yang digunakan dalam merepresentasikan atau menyampaikan sesuatu, alat perantara, atau bentuk dari komunikasi massa.
Britannica menyebut konsep ini sebagai multimedia interaktif. Ialah sistem pengiriman komputer elektronik yang memungkinkan pengguna mengontrol, mengkombinasi, dan memanipulasi berbagai media. Kombinasi konten terdiri dari lima elemen dasar multimedia yang dapat kamu dengarkan di podcast ini.
Sisi interaktif ini juga mengintegrasi komputer, penyimpanan memori, data digital (biner), telepon, televisi, dan berbagai teknologi informasi lainnya.
Karakteristik multimedia yang lain ialah, bekerja secara non-linear. Ia interaktif, memungkinkan pengguna menanggapi suatu konten, dan menyediakan kontrol navigasi bagi pengguna.
Karakteristik ini membuat pengguna punya kesempatan untuk mengendalikan konten yang ia akses. Kita dapat menyebut video game sebagai media yang interaktif, misalnya. Kamu dapat memilih karakter, membaca perintah, hingga menavigasi arah dan langkah permainan.
Keadaan ini membuat siapa saja bisa jadi siapa saja dalam ranah digital. Meskipun kamu bukan pembuat suatu konten berita, peranmu bisa saja ganda. Dari sekadar pengamat konten, kita bisa terlibat lebih jauh lagi. Misalnya, menjadi peserta (participant) yang perannya dapat dipertimbangkan dalam perkembangan konten itu sendiri.
Multimedia dan Jurnalisme
Konten berita yang kita akses online selama pandemi ini, misalnya, dapat disajikan dalam paket cerita di sebuah website, dalam dua atau lebih format (bentuk). Mereka ditulis, dijelaskan dengan audio, musik, gambar diam atau bergerak, grafik animasi, hingga elemen interaktif dan hypertekstual. Inilah yang disebut Deuze dalam jurnalnya sebagai definisi pertama multimedia dalam ranah jurnalistik.
Perspektif ini juga dapat kita kembangkan untuk memahami multimedia sebagai media baru. Untuk kamu yang masih bingung tentang karakteristik media baru (new media), artikel ini akan mengenalkan Vox sebagai salah satu contohnya.
Pada definisinya yang kedua, Deuze menyebut paket berita dapat disajikan terintegrasi dalam media yang beragam. Sebut saja, di sebuah website, grup berita Usenet, e-mail, SMS, MMS, televisi, radio, teleteks, hingga majalah dan koran.
Kedua perspektif Deuze ini sama-sama menekankan prinsip konvergensi. Rangkaian proses pembuatan berita (audio hingga grafik, termasuk proses marketing, promosi, penjualan, redistribusi, dan interaktivitas berita dengan publik), dicapai secara terintegrasi dengan konvergensi.
Ia berbentuk kolaborasi dan kooperasi, antara newsroom yang berbeda dengan bagian lain dari perusahaan media modern. Konvergensi yang dibangun dapat diamati dalam lingkup media cetak atau penyiaran, yang berkolaborasi dengan aspek online.
Tak heran, jika kita biasa menyebut jurnalisme online tidak berbeda jauh dengan jurnalisme multimedia. Hanya saja, jurnalisme online tidak hadir dengan tujuan multimedia.
Perlu digaris bawahi, keberagaman format yang digunakan dalam penyajian tema konten, bersifat komplementer dan tidak mengulang. Ketimbang menjelaskan ulang teks dari suatu cerita dengan klip video yang isinya sama, informasi (yang berbeda) terkait dari suatu cerita disajikan dengan media lainnya.
Mengidentifikasi Berita Multimedia
Situs-situs berita yang kita akses biasanya dapat dikategorikan situs multimedia. Banyak situs yang punya konten teks dan gambar. Ada pula yang hadir dalam bentuk video. Beberapa di antaranya menghadirkan audio dan grafik.
Namun, kebanyakan masing-masing konten itu bersifat linear dan diproduksi berdiri sendiri. Misalnya, hanya teks, audio, atau video. Teks juga biasanya dilengkapi dengan gambar, seperti di koran atau majalah. Sementara itu, video biasa tampil sama dengan apa yang kita lihat di televisi.
Sangat jarang kita melihat elemen-elemen multimedia terintegrasi dalam satu konten yang sama. Â Suatu konten dapat dikatakan menerapkan multimedia, jika hadir minimal dalam tiga bentuk di situs berita tersebut.
Berita berjudul Snow Fall oleh The New York Times ini, dapat kita jadikan salah satu contoh media asing dengan paket kombinasi beritanya. Ia menampilkan teks, gambar, dan video.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H