Mohon tunggu...
Frederica Nancy
Frederica Nancy Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Hi! Salam kenal dari saya yang tengah belajar dan menari dalam dunia komunikasi massa-digital!

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

4 Tips 'Pahami' Penulisan Retorik Versi Digital

20 September 2020   23:31 Diperbarui: 5 Desember 2020   01:10 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir semua unggahan tulisanmu di internet dapat diakses secara global. Namun bagaimana kamu merancang tulisan itu agar efektif dibaca, oleh orang  pengetahuan dan pengalamannya beragam?

Saya punya pemaparan singkat yang mungkin ampuh untukmu mendalami dunia tulis menulis retorik versi digital. Here you go!

1. Pahami Penulisan dalam Konteks Literasi Informasi

Pastikan kamu tahu apa yang ingin kamu sampaikan kepada pembaca dan ingatlah bahwa topik tulisanmu bisa jadi sudah pernah disinggung orang lain.

Dalam konsep literasi informasi (Blakesley, 2011), kamu bertugas untuk repurposing information. Artinya, kamu harus mendesain ulang topik tersebut dengan tujuan pesan dan audiens yang baru.

Tipsnya adalah, sampaikan dan susun informasi—yang kamu peroleh—dengan menyortir, mensintesis, dan menciptakan nilai baru yang bersifat relatif tentang kontenmu.

Tujuannya agar minimal informasi yang kamu peroleh sama pentingnya dengan informasi yang kamu sampaikan dalam situasi retoris (komunikasi publik) yang berbeda.

Blakesley (2011) menyarankan kamu untuk mepertimbangkan beberapa hal saat menghasilkan sebuah tulisan:

dok. pribadi
dok. pribadi
2. Pahami Teknik Penulisan Digital di Website

Selanjutnya, kamu perlu memahami beberapa konsep teknis terkait penulisan digital.

Kamu dapat memulainya dengan memahami perbandingan konsep penulisan digital dan cetak di bawah ini terlebih dahulu

dok. pribadi
dok. pribadi
Meskipun punya perbedaan, konten tulisan cetak ternyata dapat dibuat versi digitalnya dengan format yang berbeda, demikian sebaliknya. Format digital itu dapat berupa HTML—hypertext markup language, PDF—portable document format, RTF—rich text format, dan sebagainya.

Setelah memahami perbedaan di atas, kamu perlu mengulik dan merancang tulisanmu seefektif mungkin menggunakan prinsip-prinsip penulisan digital.

Cek kembali peletakan gagasan, judul, dan tautan yang kamu gunakan pada konten, seperti yang disarankan Blakesley dalam bukunya berjudul Wriing a Manual for Digital Age (2011, h. 361):

  • Usahakan judul dan deskripsi tautan jelas.

Judul yang informatif akan memudahkan pembaca melakukan scanning informasi secara cepat ketimbang membaca detail. Tautan juga harus diintegrasikan dalam konten secara tersirat sehingga pembaca paham bahwa itu adalah sebuah tautan dan ke mana tujuannya.

  • Gunakan teknik front-loading, yakni menaruh gagasan pikiran di awal.

Tujuannya adalah membantu orang yang sekilas membaca secara visual atau pun memudahkan mereka yang terbiasa skimming— dengan membaca potongan-potongan informasi yang menarik minat.

3. Pahami Konsep HAKI dan Hak Cipta

Ide atau gagasan tengah menjadi komoditas yang dilabeli mahal dalam berbagai konteks, mulai dari kalangan bisnis hingga akademisi.

Klaim terhadap karya dan hak atas kepemilikan ide dan konten melahirkan konsep hak cipta. Ia menjadi pertahanan (legal rights by governments) jika ada yang menyalin properti konten intelektualmu.

"copyrights—A collection of legal rights, conferred by governments, that relate to the reproduction, distribution, and performance of original literary, visual, artistic, or dramatic work... intellectual property—Copyrighted content as well as the more intangible property of trademarks, inventions and patents, ideas, and designs.."— Blakesley (2011, h. 362).

Peraturan mengenai hak cipta di Indonesia telah diatur dalam UU No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

Meskipun situs website dan kontenmu belum terdaftar di lembaga resmi macam Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, kamu berhak atas Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). Tipsnya, selalu cantumkan identitas dirimu sebagai pemilik konten dan masukkan label copyright  (Blakesley, 2011, h. 362).

Namun, bukan berarti tak ada yang dapat menggunakan bahan konten orang lain. Ingat lagi aktivitas dalam prinsip literasi informasi terdiri dari tiga hal, yakni mengevaluasi, mensintesis, dan “menyusun ulang tujuan” informasi yang sudah diperoleh.

Tips untuk menanggulanginya adalah melakukan sitasi informasi yang ada pada konten (bahan tulisanmu) tersebut.

“…it is acceptable to cite from previously published textual sources in critical reviews, scholarship, or information research.”—Blakesley, 2011, h. 362

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana dengan perizinan copyright untuk konten audio hingga gambar?

  • Copyright gambar. Blakesley (2011, h. 363) menegaskan bahwa meskipun izin copyright tidak diperlukan, izin dalam bentuk sitasi wajib dilakukan. Kamu perlu menuliskan sumber informasi di bawah gambar tersebut.

dok. pribadi
dok. pribadi
  • Copyright konten musik dan audio. Penggunaan copyright pada musik cukup ketat sejak, apalagi sejak munculnya Napster.

Jika kamu hendak menggunakan konten musik atau audio orang lain pada sebsitemu, pastikan tidak dibatasi oleh lisensi terkait atau telah memperoleh izin penggunaan. 

Bagaimana pun praktik etisnya adalah mensitasi setiap sumber yang kamu gunakan, termasuk konten audio.

4. Pahami Kondisi Pembaca yang Beragam

Poin keempat ini mewajibkan kamu untuk peka terhadap aksesibilitas audiens dan meminimalisir pemicu rendahnya keterbacaan kontenmu.

Kamu perlu memastikan konten tulisanmu dapat dinavigasi dan dibaca oleh siapa saja. Artinya, kamu harus berusaha membantu audiens yang berasal dari latar belakang apapun agar dapat mengakses kontenmu.

“…Web content can be navigated and read by everyone, regardless of location, experience, physical ability, cultural background, or the type of computer technology…”—Blakesley (2011, h. 365).

Sebagai produser konten, ingatlah bahwa tampilan kontenmu juga bisa sangat beragam di berbagai perangkat pengguna. Platform dan sistem operasi komputer, resolusi layar monitor, hingga jenis browser akan memengaruhi bagaimana audiens membaca kontenmu.

Jika tujuanmu adalah agar konten dapat berguna bagi khalayak luas, gunakan sistem yang memudahkan audiens mengaksesnya alih-alih memproduksi konten dengan sistem operasi yang paling canggih namun sulit diakses banyak orang.

Selain itu, kamu juga perlu memastikan semua informasi dalam kontenmu dapat pembaca gunakan dengan mudah.

“It involves checking to see whether usability guidelines have been followed, measuring how readers use a website, and testing that all elements of a website function as the authors intend and users expect.”—Blakesley (2011, h. 365).

Sekarang kamu sudah paham kan tips menghasilkan tulisan retorik versi digital yang menarik dan mampu menjangkau khalayak luas?

Semoga bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun