Mohon tunggu...
Fransiska Melania
Fransiska Melania Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Hanya seorang mahasiswa yang gemar merangkai kata-kata :)

Selanjutnya

Tutup

Politik

13 Desember, Sidang Pertamamu

19 Desember 2016   01:55 Diperbarui: 19 Desember 2016   02:36 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Halo pak, setelah kemarin saya menulis surat cinta untuk bapak, kali ini saya akan sedikit bercerita dan berkomentar tentang sidang pertama bapak.

Tepat tanggal 13 Desember kemarin, sidang pertama Bapak digelar. Sidang ini digelar atas dakwaan bapakmelanggar pasal 156 A mengenai penodaan agama. Sesuatu yang bukan masalah namun dianggap sebagai pemicu polemik di masyarakat. Bahkan sampai mencuatnya aksi411 dan 211 yang menuntut bapak ditahan karena telah melakukan penistaan agama dan membuat kaum muslim sakit hati.

Dalam sidang itu pula, untukpertama kalinya bapak memiliki kesempatan untuk menceritakan dan menjelaskan apa yang sebenarnya bapak maksudkan, saat melakukan kampanye di Kepulauan Seribu beberapa waktu lalu. Bapak bahkan menyampaikan nota keberatan terhadap dakwaanJaksa dengan sangat berani dan gagah, seperti bapak yang biasanya saya perhatikan melalui layar kaca televisi.

Namun seketika suasana persidangan terasa hening pak. Suara menggelora bapak yang penuh keberanian dan semangat, tiba-tiba berubah menjadi lembut dan terbata. Jujur saya bertanya,kenapa bapak tiba-tiba bisa diam dan menangis?

Ternyata bapak menangis karena bapak menceritakan masalah keluarga angkat bapak yang merupakan keluarga muslim taat. Menurut bapak, apabila bapak melakukan penistaan atau penghinaan agama seperti yang dituduhkan, berarti itu sama saja bapak menghina orang tua dansaudara angkat bapak yang sangat bapak cintai dan hormati.

Dalam nota keberatan bapak juga bercerita sedikit mengenai keinginan ibu angkat bapak, beliau ingin melihat bapak menjadi gubernur yang melayani rakyat kecil sebelum beliau meninggal. Dan ternyata keinginan itu terwujud kan pak? Ibu angkat bapak meninggal padatanggal 16 Oktober 2014, tepat saat bapak Jokowi ditetapkan menjadi Presiden, dan otomatis bapak lah yang menggantikan pak Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Ada beberapa pernyataan bapak yang membuat saya juga ikut tersentuh, walaupun saya tidak ada dalam persidangan itu secara langsung, tapi saya bisa merasakan kesedihan bapak.

“Itu sebabnya ketika Ibu angkatsaya meninggal, saya ikut seperti anak kandung, mengantar dan mengangkat keranda beliau, dari ambulance sampai ke pinggir liang lahat, tempat peristirahatan terakhirnya, di Taman Pemakaman umum Karet Bivak. Sampai sekarang, saya rutin berziarah ke makam Ibu angkat, di Karet Bivak. Bahkan saya tidak mengenakan sepatu atau sandal saat berziarah, untuk menghargai keyakinan dan tradisi orang tua dan saudara angkat saya itu”.

“Bapak Majelis Hakim Yang Mulia..bagaimana mungkin saya menista agama ayah angkat saya? Ayah angkat dan saudara saya yang sangat saya hormati?”

Saya yakin pak, siapapun yang menyaksikan persidangan itu pasti heran dan bertanya-tanya, apa mungkin seorang Ahok yang selama ini dikenal tegas dan gagah bisa meneteskan air mata? Tapi memang nyatanya seperti itu kan, bapak masih punya perasaan dan sisi sensitif.

Saya yakin pak, bapak menangis bukan karena takut dijatuhi hukuman, bapak menangis bukan karena takut kehilangan kekuasaan, apalagi karena bapak hanya ingin dikasihani oleh kami semua dan juga mereka yang terus menyalahkan bapak.

Air mata bapak adalah air mata murni, air mata seorang yang ingin membuktikan bahwa dia tidak bersalah. Air mata yang menunjukkan begitu sayangnya dia terhadap keluarga angkatnya yang telah mendidiknya sekian lama ini.

Pak, bapak mengatakan apabila bapak ikhlas jika harus dipenjara, tapi bapak tidak ikhlas jika dianggap menista agama orang-orang yang bapak sayangi. Pernyataan macam apa itu pak? Saya kecewa saat bapak mengatakan seperti itu. Bapak tidak harus dipenjara, apa bukti nyata dari apa yang dituduhkan kepada bapak? Tidak ada pak! Bahkan warga Kepulauan Seribu sekalipun juga tidak mendengar ataupun merasakan bapak melakukan penistaan agama. Mereka justru berterimakasih atas program-program bapak selama ini.

Tapi saya juga sadar, bapak mengatakan seperti itu bukan karena bapak nyerah, kalah ataupun salah. Namun bapak sudah tidak ingin ada peristiwa-peristiwa yang lebih besar lagi yang menghebohkan Negeri kita ini. Saya yakin bapak mengalah kali ini, tapi bapak akan menang seterusnya.

Ayo terus berjuang pak, jangan lelah untuk menunjukkan kebenaran. Karena akan ditutupi dengan usaha bagaimanapun, kebenaran akan tetap menang. Kami tetap akan memeluk bapak dari belakang, mendukung bapak, dan selalu mendoakan bapak. Tetap tegar dan kuat ya pak. Tuhan menyertaimu #KamiAhok

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun