Kala itu, saat dini hari pukul 03.00, sepulang dari family tour ke Bandung bersama guru-guru di yayasan sekolah tempat saya mengajar, saya mulai merasakan nafas yang sesak dan sulit tidur karena setiap saya berbaring, saya merasakan seperti adanya gumpalan darah yang bergejolak dalam dada hingga kerongkongan saya. Sontak keadaan tersebut cukup membuat saya panik dan khawatir.
Sesampainya di Rumah Sakit, diperiksa, dipasang infus, dan beristirahat, sambil ditemani kerabat dan anggota keluarga, akhirnya pihak Rumah Sakit pun memberitahu hasil diagnosa bahwa saya mengalami luka atau infeksi pada paru-paru, sehingga cara penanganan dan pengobatannya persis sama seperti penyakit paru-paru lainnya, seperti TBC (Tuberculosis), dan lain sebagainya. Saya pun menjalani rawat inap selama sekitar seminggu, lalu pengobatan dilanjutkan dengan mengonsumsi obat-obatan secara rutin setiap harinya selama 6 bulan lamanya. Setelah mengetahui hasil diagnosa bahwa saya terkena infeksi paru-paru, saya pun berpikir mencari tahu penyebab yang membuat saya seperti ini. Karena perlu diketahui, saya bukanlah seorang perokok dan peminum minum-minuman keras.Â
Akhirnya saya menyadari, sekitar seminggu terakhir sebelum jatuh sakit, saya memang disibukkan dengan kegiatan sebagai panitia bookshop atau panitia persiapan pengadaan buku tahun ajaran baru di yayasan sekolah tempat saya mengajar. Maklum, dengan jumlah murid yang cukup banyak di sekolah kami, jumlahnya sampai ribuan murid, lalu ditambah jumlah buku yang cukup banyak untuk dipersiapkan, maka memaksa kami saat itu untuk mengejar target packing buku hingga berlarut-larut malam selama beberapa hari. Apalagi saat itu kami mengejar target juga untuk bisa ikut di acara family tour ke Bandung, seperti yang saya sempat tuliskan di atas.
Aset Paling Berharga, Harus Selalu Dijaga
Berangkat dari riwayat keluarga, ditinggalkan oleh Ayah dan Ibu karena sakit yang mereka derita, lalu pengalaman saya secara pribadi yang pernah merasakan rawat inap di Rumah Sakit karena sempat mengalami infeksi paru-paru, maka tidak ada cara lain selain harus selalu menjaga kesehatan tubuh dan menjadikannya prioritas utama. Dalam hal ini, tentu saja kita perlu setuju dan satu suara bahwa sehat itu aset. Karena apalah artinya kerja keras kita setiap hari untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah, membeli barang-barang yang diinginkan, bahkan untuk membahagiakan orang lain tanpa memperhatikan kesehatan kita sendiri.Â
Berusaha mengumpulkan aset dan investasi untuk masa depan itu memang baik, tapi terkadang kita lupa bahwa sebenarnya aset dan investasi paling berharga dalam diri kita adalah kesehatan kita sendiri. Tanpa kesehatan, tentu kita tidak bisa beraktivitas dengan lancar dan berkumpul bersama orang-orang tercinta.Â
- Mengatur pola makan dengan memperhatikan asupan yang cukup, bergizi, dan sesuai porsi. Sebisa mungkin menghindari kebiasaan konsumsi junk foods dan makanan tidak sehat lainnya.
- Memperbanyak minum air putih.
- Mengubah mindset olahraga sebagai gaya hidup, bukan sebagai hobi, dan menjadikannya sebagai rutinitas harian atau mingguan.
- Memperhatikan waktu tidur dan istirahat yang cukup setiap harinya.
- Tidak memforsir tubuh untuk mengerjakan pekerjaan berat.
- Meminimalisir kebiasaan begadang, sebisa mungkin untuk tidak begadang.
- Berusaha untuk selalu berpikiran positif terhadap apapun.
Melindungi Aset Berharga dengan Perlindungan Tepercaya
Selain usaha dalam diri yang dilakukan setiap hari demi menjaga kesehatan sebagai aset paling berharga, memilih asuransi kesehatan tepercaya seperti Sun Medical Platinum sebagai partner untuk melindungi aset berharga yang kita miliki juga tidak kalah pentingnya. Â Mengapa? Seperti kata peribahasa, sedia payung sebelum hujan, maka saat kita sudah berusaha untuk selalu menjaga kesehatan, tetapi sakit dan penyakit terkadang menjadi risiko yang dapat menimpa kapan saja, bahkan pada saat tidak terduga sekalipun.Â
Berikut ini adalah beberapa manfaat yang bisa kita rasakan dari Sun Medical Platinum, lengkap beserta Syarat dan Ketentuannya.