Salah satu solusi paling pertama dan utama yang bisa dilakukan adalah dengan mengubah sistem produksi dan penggunaan kemasan plastik itu sendiri. Sebagai perbandingan yang nyata, secara fakta penggunaan plastik per-kapita Eropa saat ini lebih banyak dari Asia. Akan tetapi, Asia justru merupakan penghasil polusi sampah terbesar di dunia. Mengapa demikian? Karena Eropa sudah lebih dulu menerapkan sistem circular economy atau bisa juga disebut sistem berkelanjutan, sehingga berhasil mendaur ulang 53% sampah plastik yang mereka hasilkan.
Perlu diketahui sebelumnya bahwa saat ini, sistem ekonomi yang masih banyak diterapkan adalah linear economy atau sistem tidak berkelanjutan. Dalam sistem ini proses produksi, konsumsi, dan pembuangan berada dalam satu garis lurus sehingga hasil akhir dari proses ini adalah sampah. Bagaimana dengan sistem ekonomi yang ramah lingkungan dan relatif bebas sampah?Â
Produk sisa hasil konsumsi sampah dikumpulkan dan diproses untuk dikembalikan pada proses awal sehingga membentuk suatu sistem yang berkelanjutan. Bahan baku yang digunakan pun didesain untuk bersifat restoratif atau regeneratif sehingga dapat dimanfaatkan secara berulang. Nah, inilah yang disebut dengan circular economy, sistem yang menerapkan sistem berkelanjutan alami bumi yaitu siklus organik pada sistem produksi.Â
Lalu, bagaimanakah penerapan circular economy untuk plastik?Â
Prinsipnya sebenarnya sederhana, yaitu penerapan sistem agar kemasan plastik tidak berakhir sebagai sampah. Walaupun sudah digunakan, plastik masih memiliki nilai ekonomi dan dapat menjadi bahan baku untuk produk baru. Produk daur ulang plastik dapat berupa lapisan geotekstil, dakron, baju, alat tulis, dan lain sebagainya, termasuk sepatu dan tas daur ulang yang digunakan oleh Ibu Menteri Susi. Keren, kan?
Jadi, dengan adanya penerapan circular economy ini, siklus hidup kemasan botol plastik tidak berhenti setelah menjadi kemasan produk air minum, melainkan bisa digunakan secara terus menerus, asal tidak dibuang sembarangan.Â
Inovasi dan Inisiatif Danone-AQUA dalam Menerapkan Economy Circular
Sebagai salah satu perusahaan besar di Indonesia dan memiliki keterkaitan langsung terhadap polemik plastik yang sedang marak di masyarakat, Danone-AQUA tentu tidak tinggal diam dan berpangku tangan. Danone-AQUA telah berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan dalam ekosistem pengelolaan sampah untuk memastikan botol kemasan bekas bisa terkumpul.Â
Dalam hal ini, Danone-AQUA berkomitmen untuk mengambil kembali lebih banyak plastik dari yang mereka gunakan pada 2025 untuk mendukung terwujudnya circular economy. Dengan cara ini, masyarakat pada umunya juga bisa berkontribusi mewujudkan circular economy untuk plastik dengan cara tidak membuang sampah sembarangan, memisahkan sampah plastik dari sampah organik dan juga menyetorkan sampah plastik ke bank sampah atau TPST3R / Recycling Business Unit (RBU) terdekat agar dapat didaur ulang.Â
Salah satu inovasi dan inisiatif Danone-AQUA dalam penerapan circular economy adalah dengan menerapkan proses #Bottle2Bottle dalam produksi AQUA 100% recycled. Sesuai dengan namanya, #Bottle2Bottle adalah proses recycle botol plastik bekas menjadi botol plastik kemasan yang baru.Â
Untuk prosesnya, dimulai dengan pengumpulan sampah botol plastik, lalu dilanjutkan ke Unit Bisnis Daur Ulang atau RBU (Recycling Business Unit), kemudian sampah plastik dibawa ke Pabrik Biji Plastik untuk dicacah, dan terakhir biji plastik hasil cacahan tersebut diolah kembali menjadi botol baru dan diisi dengan air mineral.