“Dayat” begitu kau di sapa teman-temanmu.
Mereka kerap mengajakmu bermain di bawah langit biru.
Walau langit biru itu akan segera di telan oleh waktu.
Berganti oleh gelapnya malam dengan dihiasi binar-binar cahaya lampu.
Dayat malam gelap tiba, saatnya kau mengelabui temanmu.
Karna gelap kulitmu kerap pula mengelabui kedua bola mataku.
Namun paras lesu dengan senyum tulusmu justru menggetarkan hatiku.
Karna ternyata lesu tak sedikitpun mengendurkan semangatmu untuk menuntut ilmu.
Walau ku tahu sepanjang siang itu kau berjibaku.
Dayat, kau telah mengajarkanku.
Betapa gelapnya kulit dan nasibmu.
Namun tak pernah menggelapkan gelora semangatmu.
Gelora itu pula yang memotivasiku untuk tetap berjuang bersamamu.
Dayat, walau kau berasal dari sampah yang bau.
Namun wangi semangatmu.
Karna kau ajarkanku arti hidup dalam kesederhanaanmu.
Dan ajarkanku cara menikmati hidup ini walau jalan selalu berliku.
(Fly, 7 Maret 2012)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H