Mohon tunggu...
flover
flover Mohon Tunggu... Lainnya - belum bekerja

hobi bersantai dan berguling-guling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Colorectal Cancer; Change Your Habit or Lose Your Happiness

8 Juni 2024   22:40 Diperbarui: 8 Juni 2024   23:10 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kanker, penyebab kematian tertinggi ketiga di dunia dan tertinggi kelima di Indonesia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan pada tahun 2020 kanker meningkat hampir 20 juta penderita dimana 84 juta diantaranya terancam meninggal dalam sepuluh tahun kedepan apabila tidak segera dilakukan usaha dan penanganan yang memadai. Kanker merupakan suatu istilah untuk penyakit dimana sel-sel membelah secara abnormal tanpa kontrol untuk kemudian menyerang jaringan lain yang ada di sekitarnya (National Cancer Institute 2009). Penyakit kanker sendiri terbagi menjadi beberapa jenis, salah satunya kanker kolon. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan bahwa persebaran kanker kolon di dunia ini telah mencapai peringkat keempat pada tahun 2018 dan tertinggi kedua di wilayah Indonesia dengan jumlah kasus 30.017.


Pada kanker jenis kolon ini, organ tubuh yang diserang keganasan adalah jaringan usus besar (kolon) dan rektum (bagian usus paling bawah sampai anus/dubur) dengan ditandai dar adanya pembelahan sel yang tidak terkendali sehingga mengakibatkan lisis. Adanya genetik kumulatif pada sel epitel usus besar dan rektum menyebabkan terjadinya pembelahan, migrasi, serta diferensiasi sel yang berlebihan sehingga berakibat fatal pada terjadinya proliferasi, invasi dan metastasis sel-sel tersebut. Mulanya, sebagian besar kanker akan muncul dari polip, lalu secara perlahan mulai berkembang menjadi adenoma awal dengan ukuran kurang dari 1 cm Adenoma ini kemudian berkembang lagi menjadi adenoma lanjut dengan ukuran lebih dari 1 cm. Apabila tidak segera diberikan penanganan, adenoma akan terus meningkat dan berkembang menjadi kanker kolorektal. Sel-sel kanker tersebut bisa menyerang kelenjar limpa, jaringan lain, dan pembuluh darah. Penderita kanker kolon atau kolorektal ini umumnya mengalami gejala non spesifik yang membuat penderita kurang menyadari akan dirinya yang mengidap kanker. Bahkan, penderita pun bisa dikatakan baru mulai melakukan pengobatan di stadium-stadium akhir. Gejala tersebut ialah seperti Buang Air Besar (BAB) yang disertai darah dan lendir, lemah lesu, penurunan berat badan, nyeri perut, susah BAB, mual, muntah, dan malaise. Gejala-gejala ini terjadi secara progresif, yang artinya apabila penderita mulai mengalami gejala seperti yang telah disebutkan secara bertahap, maka alangkah baiknya penderita mulai melakukan konsultasi pada dokter di rumah sakit terdekat untuk menghindari semakin luasnya penyebaran kanker.


Faktor pemicu kanker kolon ini ialah tidak lain dan tidak bukan dipengaruhi oleh gaya hidup penderita. Dari lokasi terjadinya kanker kolorektal, dapat diketahui bahwa kebiasaan pola makan dalam keseharian penderita berisiko tinggi untuk memicu kanker ini. Kebiasaan mengonsumsi makanan dengan lemak dan serat tinggi dapat mengakibatkan waktu transit feses menjadi lebih lama. Studi epidemologi dan eksperimental menunjukkan bahwa dengan mengonsumsi daging merah olahan rataan 168g/hari dapat memberikan efek sepuluh kali lebih efisien daripada daging merah segar. Sedangkan apabila daging merah dikonsumsi sebanyak kurang dari 70g/minggu, risiko terjadinya kanker akan menurun 5-12%. Kandungan zat besi heme pada daging merah merupakan penyebab utama terjadinya kanker. Oleh karena itu, penderita bisa memilih untuk mengurangi konsumsi daging merah, memperbanyak daging putih (golongan unggas dan ikan), atau menaikkan jumlah kalsium dan mengubah sitem pengolahan daging yang sekiranya bisa lebih menurunkan risiko kanker kolon tanpa kehilangan manfaat gizi dan kenikmatan mengkonsumsi daging.


Sejatinya, usus sendiri juga tidak dapat bekerja secara maksimal dalam mencerna dan menghancurkan makanan apabila lemak dan serat yang dikonsumsi terlalu tinggi. Hal tersebut dapat menyebabkan kanker kolon dan rektal terutama di rektum, karena fungsi dari rektum itu sendiri yaitu transit feses serta buang air besar. Apabila usus kurang bisa maksimal dalam mencerna makanan, zat yang tidak diperlukan oleh tubuh pun tidak akan cepat terbentuk. Akibatnya, pembentukan feses pun akan terhambat. Kebiasaan merokok dan minum minuman berakohol pun menjadi faktor pemicu timbulnya kanker kolon. Meskipun konsumsi daging bukanlah satu-satunya faktor risiko terjadinya kanker kolon, tetapi tetap menjadi titik kritis yang penting untuk diperhatikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun