Mohon tunggu...
Floury Handayani
Floury Handayani Mohon Tunggu... wirausahawan -

penjual gado-gado, pembelajar, suka membaca, sedang belajar menulis, suka masak, senang makan enak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tak Mampu Ku Membalasmu Ibu

21 Desember 2017   13:03 Diperbarui: 21 Desember 2017   13:23 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: id.theasianparent.com

"The greatest gift you can give someone is your time. It's like you're giving the portion of your life that you can never bring back." Kata-kata bijak di atas sangat tepat menggambarkan HadiahDariIbu yang telah diberikan kepadaku hingga detik ini.

Kebaikan-kebaikan seorang ibu kepada anaknya tak terbilang jumlahnya. Semua diberikannya gratis, tak minta pamrih apa pun. Itulah cinta seorang ibu dengan limpahan waktu, kasih sayang, perhatian, dan doa untuk sang anak. Saking banyaknya, tak cukup kata untuk menuliskannya. Yang jelas, aku tak mampu membalasmu, ibu. Bagaimana bisa aku mengembalikan bagian hidupmu yang kau berikan padaku? Kalau uang bisa dicari, sedangkan waktu tak mungkin kembali.

Kutuliskan satu bukti cintamu, kebaikanmu, teladanmu, yang mengendap di memoriku hingga kini. Kau selalu ada untukku ketika aku pulang sekolah. 

Aku selalu merindukan masa-masa itu. Masa SD, SMP, dan SMA, sebelum aku kuliah di luar kota. Setiap pulang dari sekolah, kau akan menunggu di dekat pintu ruang tamu, duduk ataupun berdiri dekat jendela ruang tamu. Bersiap membukakan pintu, menyambut kepulanganku. Menjadikanku sebagai anak paling dirindukan, menjadi orang nomor satu. Padahal hanya pergi sekolah setengah hari. Kemudian kau menemaniku makan siang. Aku masih mengenakan seragam sekolah. Cukup cuci tangan sebelum makan, katamu. Kau tahu aku benar pasti kelaparan setelah otak digunakan belajar di sekolah. Tak banyak kata-kata. Hanya masakanmu yang enak-enak saja yang kau sediakan. Kaulah pendengar setiaku, cerita hari itu, baik ataupun buruk. Rasa capek, sedih, atau kecewa di sekolah hilang ketika bersamamu. Tak pernah kau tanyakan tentang nilai ujian, atau apapun. Tak ada tuntutan kalau sekolah kami harus begini-begitu.

Kau sepertinya yakin bahwa aku dan adik-adikku pasti belajar dan berusaha. Jika musim ujian tiba, kau sediakan tambahan ransum, kudapan istimewa, sebagai penyemangat belajar. Biar hormon bahagia di otak bekerja dan kami mempersiapkan tes tanpa stres. Pun ketika ujian kelulusan sekolah, kau tak pernah terlihat kuatir dengan nilai-nilai yang akan anakmu peroleh. Hanya sholat malam tak pernah kau lewatkan kala kami menjalani ebtanas, ujian nasional jaman itu. Kau hanya berharap pada Tuhan akan kesuksesan kami, tanpa menuntut kami.

Ibu, bagaimana aku bisa membalas kasih sayang, perhatian, dan kesabaranmu? Waktumu yang kau dedikasikan untuk kami, anak-anakmu? Full time! Itulah mengapa aku ingin sepertimu. Membukakan pintu rumah untuk anak-anakku sepulang mereka dari sekolah. Memeluk dan mencium mereka. Agar apapun hal buruk yang mereka alami di luar rumah hari itu, terhapus dengan memori bahagia dengan cinta ibunya. Kaulah idolaku, teladan terbaik menjadi seorang ibu.

Doaku untukmu di Hari Ibu, 22 Desember 2017. Semoga Allah mencintaimu sebesar cintamu pada kami, serta membalas setiap tetes keringat dan air matamu yang mengalir untuk kami, anak-anakmu...

Selamat Hari Ibu, ibuku tersayang!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun