Mohon tunggu...
Ruziqna
Ruziqna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo. Akun ini akan digunakan untuk berbagi konten seputar parenting. Enjoy!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Promosi Kesehatan Mental Keluarga melalui Kegiatan Makan Bersama

12 Desember 2022   07:31 Diperbarui: 12 Desember 2022   08:22 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bermain media sosial mengurangi intensitas makan bersama keluarga (Foto diambil dari https://www.pexels.com/@kseverin/)

Berdasarkan hal tersebut, saya jadi mengingat banyak hal lain yang saya dapatkan saat makan bersama keluarga. Misalnya, kali pertama saya makan teri goreng sambal adalah saat makan bersama keluarga. 

Ayah saya yang menawarkan untuk pertama kali kepada saya. Di beberapa momen, ayah saya juga menawarkan untuk mencicipi ikan gulai asam saat makan bersama. Di awal mencoba, saya langsung tidak suka. 

Ayah saya selalu menawarkan ikan gulai asam kepada saya setiap kali dihidangkan makanan tersebut. Pada akhirnya, saya menyadari ikan gulai asam ternyata sangat enak, dan hal itu terjadi karena tawaran ayah yang tidak tahu untuk keberapa kali, kira-kira momen saya suka ikan gulai asam adalah ketika saya kuliah. Misalnya lagi, sejak kecil saya tidak suka makan sayur. 

Setiap kali dihidangkan sayur, saya jarang mengambilnya. Namun ayah dan ibu saya terus menawarkan untuk makan sayur, walaupun saya bilang tidak suka. Sampai pada akhirnya, saya suka setiap sayur yang dimasak ibu sejak SMA. 

Sebuah studi literatur yang dilakukan oleh Middleton, dkk (2020) merangkum alasan orangtua mengajak anggota keluarga untuk makan bersama di rumah. Pertama, orangtua merasa bahwa makan bersama memberikan kesempatan kepada anggota keluarga untuk berkomunikasi dan menjalin ikatan kekeluargaan yang lebih intim. 

Kedua, makan bersama dianggap sebagai suatu pengalaman positif, sehat, dapat melindungi anak-anak, momen untuk mengajarkan sesuatu ke anak, dan kesempatan untuk anak dapat mencontoh perilaku yang baik dari orangtua. Alasan lain adalah orangtua ingin memastikan setiap anggota keluarga makan dengan cukup sehingga tidak merasa kelaparan. 

Saya ingat salah satu momen makan bersama keluarga yang membahas tentang pembelian kursi untuk ruang tamu rumah saya. Di saat momen makan bersama tersebut, ayah saya sembari menyampaikan keinginannya untuk membeli kursi. Beliau meminta pendapat saya dan kedua adik saya terkait apakah perlu membeli kursi, jika iya kursi jenis apa yang bagus untuk ruang tamu kami. 

Di lain momen, giliran anak-anak yang menyampaikan keinginan untuk meminta izin keluar bersama teman atau meminta izin untuk membeli barang. Melalui makan bersama keluarga, saya juga mempelajari cara yang dilakukan ibu saya terkait mengambil makanan yang sopan, menyimpan makanan agar tidak mudah basi, mendahulukan orangtua untuk mengambil makanan, makan dengan tenang, dan tidak berebutan makanan saat makan. 

Bermain media sosial mengurangi intensitas makan bersama keluarga (Foto diambil dari https://www.pexels.com/@kseverin/)
Bermain media sosial mengurangi intensitas makan bersama keluarga (Foto diambil dari https://www.pexels.com/@kseverin/)

Makan bersama keluarga ternyata memiliki hubungan positif dengan berbagai aspek dalam kehidupan keluarga. Pastinya hal ini menjadi salah satu alasan untuk mempraktekkan kembali atau terus mempertahankan kebiasaan ini di rumah. 

Meskipun banyak hal-hal yang dapat menurunkan kebiasaan makan bersama keluarga. Jones (2018) merangkum beberapa hal yang berkaitan dengan kebiasan ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun