Pengalaman emosi yang sangat bervariasi dalam kehidupan sehari-hari membuat emosi menjadi kompleks. Grossmann dkk., (2016) menyebutnya sebagai kompleksitas emosi, yang berarti emosi memiliki keragaman, universalitas, dan perbedaan pada masing-masing individu. Kompleksitas emosi mengakibatkan banyak sekali ungkapan emosi yang ada pada kehidupan sehari-hari.Â
Secara garis besar, manusia dibekali emosi positif dan negatif yaitu marah, sedih, senang, jijik, dan takut. Emosi dasar tersebut berkembang menjadi berbagai macam pecahan emosi lainnya ketika seseorang berinteraksi dengan lingkungan dan mengalami berbagai macam kondisi.Â
Dong dan Xu (2022) menemukan bahwa rasa lelah, gelisah, tidak nyaman, kecemasan, depresi, dan ketegangan termasuk dalam emosi negatif yang muncul dari aktivitas sehari-hari. Selain itu perasaan bersemangat, sukacita, dan perasaan keren termasuk dalam emosi positif.
Emosi muncul dalam keseharian setiap orang, termasuk ketika seseorang akan membuat suatu keputusan untuk berperilaku. Efek emosi yang dirasakan akan mengakibatkan perbedaan hasil keputusan yang diambil. Dalam aktivitas sehari-hari, emosi positif lebih toleran terhadap keputusan yang beresiko daripada emosi negatif (Brooks dkk., 2022).Â
Misalnya, studi tentang kemarahan yang ditampilkan oleh jaksa meningkatkan kemungkinan dan keyakinan vonis bersalah pada penilaian yang diberikan oleh juri (Choi dkk., 2022).Â
Sementara itu, studi lain menunjukkan bahwa emosi positif menurunkan kecenderungan seseorang mengambil keputusan yang beresiko dan merugikan (Cassotti dkk., 2012; Kassas dkk., 2022).
Bagaimana emosi mempengaruhi pikiran seseorang?
Conway dkk., (2013) menyatakan bahwa konsep broader-and-build theory dapat menjelaskan kaitan antara emosi dan keputusan seseorang. Paper tersebut menyatakan bahwa emosi positif tidak menghasilkan efek yang spesifik dan meluas pada perubahan perilaku. Emosi positif ternyata memberikan alternatif yang lebih banyak terhadap kecenderungan thought-action. Emosi positif dapat mempengaruhi atensi, kognitif, dan sosial kognitif seseorang.
Emosi positif yang dirasakan memperluas perhatian kita pada banyak hal. Hal ini karena emosi positif biasanya terjadi pada situasi yang aman sehingga merangsang perhatian yang luas. Efek tersebut juga membuat seseorang yang merasakan emosi positif lebih terbuka dan menerima berbagai pilihan keputusan. Hal lain yang dipengaruhi oleh emosi positif adalah kognisi seseorang, yaitu meningkatkan fleksibilitas dan kreatifitas.Â
Seseorang yang berada dalam masalah akan mampu menemukan solusi dengan cara yang kreatif. Menurut Fredrickson, (2001), seseorang yang berada dalam emosi positif mampu menghasilkan daftar tindakan dengan beragam perilaku terkait keputusan mereka.Â
Ketika atensi dan kognitif seseorang telah diperluas dengan berbagai pilihan perilaku, emosi positif juga akan mempengaruhi kognisi sosial seseorang. Emosi positif akan memperluas persepsi kita tentang diri sendiri dan orang lain dengan cara menghormati perbedaan. Kemampuan untuk mengenali perbedaan orang lain ini akan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan (Conway dkk., 2013).