Mohon tunggu...
Maria Florida Da Silva
Maria Florida Da Silva Mohon Tunggu... Freelancer - Nosce Te Ipsum

Suka baca buku dan menulis kadang tidak suka dua-duanya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Eksistensi Manusia dan Quarter Life Crisis

7 Maret 2024   16:11 Diperbarui: 7 Maret 2024   16:25 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istilah quarter life crisis dikemukakan pertama kali oleh Alexandra Robbins dan Abby Wilner pada tahun 2001 yang merupakan kebingungan Wilner tentang masa depannya setelah lulus dari perguruan tinggi. Masalah yang dihadapi berkisar pada kehidupan pekerjaan dan karier serta hubungan cinta dengan lawan jenis (Nash & Murray, 2010). Mereka memberi julukan kepada kaum muda tersebut sebagai “twentysomethings”, yakni individu yang baru saja meninggalkan kenyamanan hidup sebagai remaja dan mulai memasuki real-life.

Quarter life crisis adalah sebuah pergolakan psikologis yang dialami di usia 20-25 tahun pada saat dimana para dewasa muda menyelesaikan kuliah dan memasuki fase mulai bertarung untuk mendapatkan pekerjaan. Beberapa diantaranya mengalami permasalahan jodoh dan ingin menikah.

Fenomena quarter life crisis yang saat ini marak di masyarakat; Apa saja yang menjadi beban kaum muda?. Pada masa dewasa awal salah satu tugas perkembangan yang harus di jalani adalah menghadapi dunia sosial. Faktanya menjadi dewasa awal akan muncul pertanyaan dari masyarakat seperti sudah bekerja dimanan?, kapan menikah? dan kapan wisuda?. Hal ini membuat individu yang menginjak masa dewasa harus siap menghadapi tantangan sosial tersebut.

Quarter life crisi merupakan suatu istilah yang berkaitan dengan perkembangan sosioemosional manusia dan juga merupakan crisis yang di alami oleh individu yang memasuki usia 20-30 tahun dimana pada usia tersebut individu biasanya menghadapi beban seperti pekerjaan, status pernikahan dan perubahan polah pikir yang lebih matang.

Robbins (2003) mengatakan bahwa individu yang mengalami krisis adalah individu-individu yang kesulitan melakukan penyesuaian terhadap tuntutan yang berasal dari dirinya sendiri maupun tuntutan dari orang tua , keluarga dan lingkungan sosial. Krisis akan muncul ketika individu tidak memiliki pedoman untuk menghadapi segala tuntutan dan harapan yang muncul di usia 20 tahun ini.

  • Penyebab

Adanya tekanan dan tuntutan dari lingkungan sekaligus diri sendiri dalam pencapaian hidup beserta mimpi-mimpi yang belum tercapai. Hal tersebut dapat menimpah psikis seseorang sehingga ia dapat terjebak di dalam quarter life crisis.

  • Karakteristik

Robbins dan Wilner (2003) terdapat beberapa karakteristik umum yang menjadi tanda bahwa individu mengalami quarter life crisis yaitu:

Indidvidu merasa tidak mengetahui keinginan dan tujuan hidupnya.

1. Pencapaian di usia 20-an tidak sesuaia harapan.

2. Takut akan gagal.

3. Tidak ingin merelakan masa kecil dan masa remaja berakhir.

4. Takut tidak bisa mengambil keputusan yang tepat.

5. Cenderung membandingkan pencapaian dan keadaan diri sendiri dengan orang lain sehingga membuat diri merasa tidak mampu dan tidak berguna.

  • Kategorik

1. The Locked-Out From yaitu kritik individu merasa tidak mampu untuk memiliki peran sebagai orang dewasa.

2. The Locked-In From yaitu individu merasa terjebak dalam perannya sebagai orang dewasa.

Menurut Robbins, dkk (2003) kedua kategori ini tidak dapat dikatakan secara universal namun setidaknya cukup representatif dalam memberikan gambaran mengenai keadaan seseorang saat mengalami quarter life crisis.

Solusi yang perlu dilakukan oleh individu adalah :

  • Copping Mechanism dimana individu melakukan latihan fisik yang dapat memberikan pengaruh untuk meningkatkan suasana hati menjadi lebih baik.
  • Telling Therapy dimana individu dapat membagikan pikiran dan perasaannya dengan orang terdekat tujuannya agara individu tidak merasa sendiri.
  • Melatif diri untuk berpikir positif.
  • Menyibukan diri dengan pekerjaan.
  • Meningkatkan regulasi.
  • Mempelajari keterampilan baru.
  • Menyadari hal ini merupakan proses kehidupan yang akan di lewati.

Daftar Pustaka

Robinson, O.C., & Wright, G.R.T. 2013. The prevalence, types and perceived outcomes of crisis episodes in early adulthood and midlife: A structured retrospective-autobiographical study. International Journal of Behavioural Development, 37, 407-416.

Putri, A. R.2020. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Quarter Life Crisi Pada Mahasiswa Tingkat Akhir. 3.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun