Agak menyesal karena kami hanya punya waktu satu jam untuk menjelajah sebelum pertunjukan dimulai. Ketombe saya kayanya beneran rontok setelah baca detail jam operasional restaurant tempat buffetnya yang ternyata tutup jam 9 malam, Marisol! Maka saya dan teman saya segera melupakan jalan cantik dan segera berlari kecil menjambangi Golden Kinnarre, restaurant tempat buffet.
Golden Kinnarre ini terletak di ujung area berhadapan langsung dengan Palace of the Elephants, gedung utama pertunjukan. Di area depan restaurant ada receptionist, jadi kami harus memperlihatkan tiket kami terlebih dahulu. Nah, si receptionist ini menuliskan sesuatu di tiket teman saya, tapi di tiket saya tidak dituliskan apa-apa. Usut diusut, ternyata nomor tersebut adalah nomor meja. Karena teman saya menggunakan hijab, ia diarahkan ke nomor meja yang dekat dengan makanan free pork. Jadi buat teman-teman yang Muslim no worry ya, ada area terpisah yang menyajikan makanan halal. Yet, since I am a pork lover tetep dong pilihan menu saya yang mengandung babik.
Begitu mulai sepi, kami pun mulai memasuki gedung pertunjukan. Violllaaaaaa, ternyata masih ngantri banget di dalamnya. Usut diusut, kerumuman ini disebabkan antrian penitipan barang. Jadi sesuai peraturan, kamera dan handphone berkamera tidak diperbolehkan dibawa ke dalam gedung pertunjukan. Di penghujung lorong ada pembagian antrian : line “tanpa penitipan” dan line “penitipan”. Karena line “penitipan” lebih cepat gerak, saya dan teman saya memutuskan untuk ngantri di line tersebut. Benar saja, karena di line sebelah ada penggerepan alias body check terlebih dahulu and by the time ditemukan handphone si pengunjung disuruh antri ke line “penitipan” jadi antri dua kali deh.
Sepertinya tiket pertunjukkan malam itu sold-out deh karena antriannya dasyat luar biasa bahkan mengingatkan saya dengan antrian penumpang di halte bus harmoni setiap jam pulang kantor. Petugas di tempat penitipan sebenarnya melayani dengan cukup cepat dan cermat. Cermat karena handphone teman saya retak, he spotted the crack, made note about it, until finally gave us a card untuk penukaran setelah show berakhir nanti.
Jam menunjukan pukul 9 kurang lima menit selesai kami proses penitipan handphone, maka kami sedikit berlari menuju tempat duduk kami. Dengan semangat tidak-mau-rugi-bandar kami berhasil mencapai kursi kami on time. Saat saya lihat sekeliling masih banyak sekali kursi yang kosong, nggak heran, karena antrian di belakang saya tadi masih panjang bangeeeeeeet. Lima belas menit kemudian, pertunjukan masih belum dimulai, saya perhatikan kursi kosong sudah mulai terisi. Dua menit kemudian atau tepatnya pukul 19.17 pertunjukan akhirnya dimulai.
Well, in a nutshell, pertunjukan bisa dibilang kombinasi antara tarian tradisional Thailand, sulap, sirkus dilengkapi dengan permainan teknologi laser. Is it worth a 1.800THB ? In my opinion, not really. But somehow I would suggest orang-orang berkepentingan dari dinas pariwisata Indonesia untuk nonton dan mengadopsi konsepnya. Sediih banget mengingat budaya Indonesia itu banyak banget, sangat potensial untuk ditampilkan dan menjadi atraksi wisata. Btw, sempat ngobrol sama orang Phuket, kebanyakan malah tidak pernah ke Phuket Fantasea karena memang tiketnya mahal. So, bisa dibilang Phuket Fantasea ini memang barang jualannya dinas wisata Phuket buat foreigners.
Pertunjukan ditutup dengan hujan balon dan tarian dimana semua penari yang terlibat tampil bersamaan di panggung utama. Tampaknya kebanyakan orang kapok ngantri deh, jadi banyak sekali yang sudah meninggalkan auditorium sebelum tarian penutup ini selesai, semua langsung bergegas ke tempat pengambilan handphone. So did I, ngantri lagi deeeeh……