Mohon tunggu...
Florentina Lisanti
Florentina Lisanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa aktif Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perang Dagang Amerika Serikat-China dalam Perkembangan Pasar Bebas

9 Januari 2023   12:11 Diperbarui: 9 Januari 2023   12:18 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seiring dengan perkembangan globalisasi dan aliran liberalisme ditengah pasar bebas, hal tersebut semakin membuka peluang munculnya aktor-aktor baru dan perluasan distribusi pasar. 

Berbagai permasalahan terkait mekanisme perdagangan dalam pasar bebas semakin kompleks. Oleh karena itu, setiap aktor yang berada dalam mekanisme pasar bebas harus mampu untuk beradaptasi dengan berbagai perkembangan dan dinamika yang ada dalam mekanisme tersebut. Negara maupun setiap aktor harus menerapkan strategi yang efektif untuk tetap melindungi dan melanggengkan terlaksananya kepentingannya.

Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang saat ini memiliki pengaruh atau peran besar dalam dinamika politik internasional. Hal tersebut dapat ditunjukan melalui perkembangan sistem ekonomi Bretton Woods sejak tahun 1944 yang dihasilkan dari konferensi antara Amerika Serikat dan Inggris dengan tujuan untuk menyelesaikan permasalahan terkait stabilitas perekonomian global yang sedang mengalami krisis. 

Sistem Bretton Woods menghasilkan tiga institusi keuangan yang hingga saat ini memiliki peran penting dalam dunia internasional, yaitu IMF (International Monetary Fund), World Bank dan Organisasi Perdagangan Dunia (GATT yang saat ini dikenal dengan WTO/World Trade Organization). 

Namun dengan pertumbuhan ekonomi China yang masif hingga saat ini, membuat China tumbuh sebagai negara dengan tingkat perekonomian besar kedua di dunia yang dilihat berdasarkan tingkat GDP (Gross Domestic Product) dan PPP (Purchasing Power Parity), serta menjadi eksportir dan importir terbesar di dunia. Hal tersebut berdampak pada meningkatnya pengaruh China secara global, terutama dalam bidang ekonomi yang mampu meningkatkan kekuatan politik China.

Karena pertumbuhan ekonomi dan kekuatan politik dari kedua negara dengan latar belakang kepentingan yang berbeda, perkembangan perdagangan dalam pasar bebas berujung pada perang dagang antar kedua negara. 

Sejak 22 Januari 2018, perang dagang antar kedua negara dimulai dengan persaingan kebijakan yang diterapkan oleh masing-masing negara. Masing-masing negara terus melakukan strategi dalam mempertahankan dan meningkatkan eksistensi serta kekuatan ekonomi politik dalam kancah internasional.

 

Latar Belakang kemunculan Amerika Serikat sebagai negara hegemon

Setelah berakhirnya perang dunia II pada tahun 1945 yang menyebabkan runtunhnya perekonomian global, Amerika Serikat kemudian muncul sebagai negara yang menggantikan Inggris dengan sistem ekonomi berupa standarisasi emas. 

Amerika Serikat mulai memberikan bantuan secara sukarela kepada negara-negara yang terdampak perang dunia II. Tentu saja Amerika Serikat memiliki kepentingan nasional untuk mulai menyebarkan paham liberalisme dan pengaruhnya menjadi negara adikuasa secara global, terutama kepada negara-negara yang mendapatkan bantuan. 

Sejak saat itu, pengaruh dari hegemoni Amerika Serikat semakin kuat. Hal tersebut dapat ditunjukan dari sistem moneter internasional dan mata uang dollar Amerika yang digunakan hingga saat ini. Sebagai negara hegemon, tentu saja Amerika Serikat melakukan berbagai strategi dan upaya untuk tetap meningkatkan kapabilitas dan eksistensinya dalam bidang ekonomi politik internasional. 

Oleh karena itu sebagai negara hegemon, Amerika Serikat akan terus berupaya untuk melindungi kepentingan nasionalnya jika merasa negaranya menghadapi ancaman dari negara lain. 

Hal tersebut menunjukan bahwa Amerika Serikat sebagai negara hegemon cenderung bersikap rasionalitas dalam menentukan arah kebijakan luar negerinya.

Saat ini, salah satu ancaman dalam bidang perekonomian yang dikhawatirkan akan menggeser posisi Amerika Serikat sebagai negara hegemon adalah ancaman kebangkitan ekonomi China. Amerika Serikat kemudian menetapkan berbagai upaya dan strategi untuk menghambat perkembangan pengaruh dari China, karena Amerika Serikat menganggap China sebagai ancaman atau musuh yang dapat membahayakan posisinya.


Bentuk kebijakan Amerika Serikat -- Pemerintahan Presiden Donald Trump

Hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan China telah mengalami berbagai kontrofersi sejak pemerintahan presiden Amerika Serikat Donald Trump. Karena neraca perdagangan Amerika Serikat yang selalu mengalami defisit sebagai dampak dari kemajuan perekonomian China, Amerika Serikat mulai menetapkan kebijakan proteksionisme untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan neraca perdagangan Amerika Serikat.

Faktor yang memicu munculnya perang dagang antar kedua negara adalah karena kebijakan proteksionisme dari Presiden Donald Trump dengan menaikan tarif impor barang dari China hingga mencapai US$50-US$60 miliar.

Bentuk kebijakan proteksionisme

  • Kenaikan tarif impor untuk panel surya dan mesin cuci menjadi 30% dan 20%
  • Kenaikan tarif impor untuk baja dan aluminium hingga 15% dan 10%
  • Pembatasan investasi Amerika Serikat di China serta mengambil tindakan lebih lanjut untuk China di WTO
  • Menerapkan tarif 25% terhadap 279 produk China senilai US$16 miliar yang meliputi produk kimia, plastik, sepeda motor, semikonduktor dan skuter elektrik.

Tuntutan Amerika Serikat untuk China

  • Agar China membuka perekonomian bagi pebisnis Amerika Serikat
  • Menurunkan defisit perdagangan US$100 miliar
  • Menghapus aturan yang mewajibkan korporasi asing untuk membentuk perusahaan asing yang berkolaborasi bersama korporasi China

Dampak global perang dagang Amerika Serikat -- China 

Sebagai negara hegemon yang memiliki kekuatan besar, tentu saja dalam setiap kebijakan yang ditetapkan oleh Amerika Serikat akan berdampak pada dinamika perekonomian internasional. Berbagai bentuk kebijakan yang diterapkan dalam perang dagang antara Amerika Serikat dan China, memiliki dampak yang signifikan terhadap perekonomian kedua negara dan negara-negara lain.

Amerika Serikat juga memberlakukan kebijakan proteksionisme terhadap beberapa negara utama yang menajdi mitra kerjasamanya yaitu Argentina, Brasil, Kanada, Meksiko, Uni Eropa dan Korea Selatan sejak 1 Mei 2018. Hal tersebut membuat negara-negara lain akan tetap memberlakukan kebijakan proteksionisme yang akan menyebabkan melemahnya perekonomian global.

Dalam dinamika politik internasional, kebijakan tersebut berdampak pada instabilitas keamanan global seperti dalam isu Semenanjung Korea. Hal ini dikarenakan pemerintah China telah memberikan banyak bantuan dan kontribusi untuk Amerika Serikat dalam isu tersebut. Sehingga dalam setiap proses terkait isu tersebut, pemerintah China akan tetap terlibat dalam dinamika politik dengan Amerika Serikat. Keterlibatan China dalam kasus tersebut sangat penting untuk Amerika Serikat agar dapat menjembatani hubungan dengan Korea Utara.

Respon China atas kebijakan Amerika Serikat

Menyikapi kebijakan proteksionisme yang telah diterapkan oleh Amerika Serikat untuk menghambat penyebaran pengaruh dari China, pemerintahan China kemudian mulai merespon tindakan tersebut dengan memberlakukan kebijakan untuk menaikan tarif impor terhadap produk dari Amerika Serikat senilai US$3 miliar.

Bentuk kebijakan proteksionisme

  • Menaikan tarif impor hingga 25% terhadap produk impor dari Amerika Serikat yang meliputi produk buah-buahan, anggur pipa baja, cycled aluminium dan babi.
  • Menerapkan tarif terhadap 106 produk senilai US$50 miliar untuk produk kedelai, produk kimia dan automobile.
  • Menerapkan anti-dumping 178,6% atas impor sorgum
  • Menerapkan tarif tambahan resiprokal sebesar 25% senilai US$16 miliar
  • Menerapkan tarif 25% terhadap 333 produk Amerika Serikat senilai US$ 16 miliar untuk produk batu bara, tembaga, bus, peralatan medis dan bahan bakar.

Pemerintah China dalam merespon kebijakan Amerika Serikat akan tetap memberlakukan sistem ekonomi terbuka untuk negara-negara mitranya. Hal tersebut ditunjukan dengan penerapan kebijakan untuk menurunkan tarif impor mobil, sehingga dapat melindungi perusahaan asing dan perekonomian yang ada di China. 

Oleh karena itu, pemerintahan China akan melakukan berbagai upaya kompromi yang berorientasi pada peningkatan profit untuk tetap mempertahankan perekonomian negara.

Global supply chain menjadi terhambat

Perang dagang Amerika Serikat dan China tentu saja akan mempengaruhi rantai pasokan global. Kebijakan proteksionisme yang diberlakukan oleh Amerika Serikat dan China yang kemudian diikuti oleh negara-negara lain menyebabkan kenaikan tarif produksi maupun distribusi, sehingga negara maupun perusahaan harus melakukan perhitungan ulang terkait jalur atau mekanisme dalam rantai pasok global agar dapat menekan biaya produksi dan distribusi produk. 

Dinamika rantai pasok global akan tetap berpengaruh, karena sebuah perusahaan tidak bisa beroprasi sendiri di suatu negara untuk menghasilkan sebuah produk. Negara atau perusahaan lain akan saling membutuhkan atau bersifat interdependensi karena keterbatasan potensi sumber daya yang dimiliki.


Perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dan China dilatarbelakangi oleh persaingan kekuatan ekonomi. Amerika Serikat sebagai negara hegemon melihat pertumbuhan ekonomi China sebagai suatu ancaman. Oleh karena itu, kedua negara akan memberlakukan kebijakan untuk melindungi dan mempertahnkan ekonomi negara dengan menerapkan kebijakan proteksionisme. Dengan kebijakan tersebut, negara akan meningkatkan tarif impor produk yang masuk. 

Namun, hal tersebut akan berdampak terhadap perekonomian kedua negara dan perekonomian global. Oleh karena itu, kedua negara tidak akan bisa lepas dari dinamika pasar bebas karena masing-masing negara saling membutuhkan satu smaa lain. Hal tersebu dapat dilihat melalui dinamika dalam global supply chain saat ini yang sangat dibutuhkan dalam perkembangan pasar bebas untuk menekan biaya produksi. 

Kedua negara pada akhirnya harus menjalin kerjasama agar dapat meenuhi kepentingan nasional. Hal ini menunjukan bahwa dinamika perkembangan pasar bebas secara tidak langsung telah mengontrol aktor-aktor yang ada didalamnya. Hal ini menyebabkan negara atau aktor lain harus terus beradaptasi untuk dapat bertahan dalam dinamika pasar bebas yang kompetitif agar dapat memenuhi kepentingan nasional.



Kebijakan AS vs China yang Menyulut Perang Dagang di Dunia (cnbcindonesia.com) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun