Mohon tunggu...
Florentina TheresiaSianturi
Florentina TheresiaSianturi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PKN STAN

-

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menunggu Giliran atau Mengambil Jalan Pintas, Cerminan Krisis Etika Mahasiswa di Kampus?

5 November 2024   12:00 Diperbarui: 6 November 2024   06:30 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika mahasiswa, yang disebut-sebut sebagai calon pemimpin masa depan, tak mampu menghargai aturan sederhana seperti mengantre, pantaskah kita berharap pada generasi ini untuk menciptakan perubahan besar di masyarakat? Di era modern ini, disiplin tidak hanya diukur dari kemampuan seseorang untuk menaati peraturan, tetapi juga dari kesadaran akan hak dan kewajiban dalam berbagi ruang publik. Di lingkungan kampus PKN STAN, budaya mengantre seharusnya menjadi bagian penting dari etika setiap mahasiswa, baik saat menggunakan lift, di tempat layanan mahasiswa, maupun di kantin. Ketidakpatuhan dalam mengantre tidak hanya mengganggu ketertiban, tetapi juga menunjukkan kurangnya rasa hormat terhadap hak orang lain.

Budaya mengantre bukan hanya soal menunggu giliran, tetapi juga mencerminkan nilai kesabaran dan keadilan. Penelitian oleh Universitas London menunjukkan bahwa budaya mengantre yang baik dapat meningkatkan kepuasan publik serta menciptakan suasana yang lebih teratur dan damai dalam lingkungan bersama. Di kampus, antrean di lift sering kali menjadi masalah karena banyak mahasiswa yang terburu-buru dan cenderung melanggar aturan dengan memotong antrean. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran untuk menghormati orang lain masih perlu ditingkatkan agar lingkungan kampus tetap kondusif dan tertib.

Selain itu, di tempat layanan mahasiswa, antrean yang teratur sangat penting untuk menjaga kelancaran proses administrasi. Banyak mahasiswa yang membutuhkan bantuan dari layanan mahasiswa setiap harinya, mulai dari pengurusan dokumen hingga konsultasi akademik. Kurangnya kesadaran dalam mengantre menyebabkan proses layanan menjadi lambat dan penuh tekanan. Sebuah studi dari Institute of Public Affairs menyatakan bahwa orang yang mampu mengikuti antrean dengan sabar cenderung lebih menghargai waktu dan hak orang lain. Dengan demikian, budaya mengantre yang disiplin juga bisa meningkatkan kualitas pelayanan kampus.

Di kantin kampus, budaya mengantre sering kali diabaikan, terutama saat jam makan siang ketika antrean panjang terbentuk. Banyak mahasiswa yang tidak sabar dan cenderung ingin segera dilayani, tanpa mempertimbangkan bahwa ada orang lain yang telah lebih dahulu menunggu. Kebiasaan buruk ini bisa diatasi dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya antrean sebagai bentuk penghormatan terhadap hak setiap orang. Disiplin dalam mengantre di kantin akan menciptakan suasana yang lebih nyaman dan ramah di antara mahasiswa, sekaligus mengurangi ketegangan dan potensi konflik.

Secara keseluruhan, disiplin dalam mengantre seharusnya menjadi bagian dari etika mahasiswa di kampus. Budaya ini bukan hanya tentang aturan yang perlu ditaati, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap hak orang lain dan kesadaran akan kewajiban bersama. Dengan memperhatikan aturan dalam mengantre, mahasiswa tidak hanya menjaga ketertiban di kampus, tetapi juga menanamkan nilai-nilai positif yang bermanfaat bagi kehidupan sosial yang lebih luas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun