Mohon tunggu...
Florensius Marsudi
Florensius Marsudi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia biasa, sedang belajar untuk hidup.

Penyuka humaniora - perenda kata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aku Tak Peduli Warnamu

29 Juli 2023   01:42 Diperbarui: 29 Juli 2023   01:58 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah sekian kali engkau bergembar-gembor, bahwa engkau berwarna abu-abu. Warna yang jelas dengan identitas, abu. Namun sekian waktu kemudian, karena hujan, panas, hujan lagi dan panas lagi, warnamu menjadi merah.  Perubahan yang agak membingungkan dari abu-abu ke merah.

Tiga kali musim berganti. Disaat musim mulai semi, banyak tetumbuhan mengubah diri menjadi hijau, eh...dirimu yang  dulunya merah juga ikut berganti menjadi hijau gak menguning.

"Ada apa denganmu?" tanyaku.

"Ah, kita perlu menyesuaikan diri mas Flo. Mem-bunglon-kan diri itu perlu mas Flo, sekalipun harus hilang identitas," katanya.

Astaga. Batinku meronta nan menggelora. Rupanya hidup dijaman yang perlu disiplin pikir, disiplin karya; ada juga manusia yang berprinsip hancur, lebur, mumur- tak berbentuk asal entuk (mendapat) cenuk (makanan).

Kutelisih satu demi satu. Mengapa mudah sekali manusia mengubah warna dirinya, sekalipun tak jelas. Karena kondisi "cuaca hidup",  panas-dingin suhu politik dan lingkungan kadang memaksa manusia dengan mudah mengubah warna diri.  Saat "perubahan musim" itulah  manusia dengan mudah mengubah warnanya. 

Etis?

Secara prinsipial, manusia memiliki cara dan pola untuk mengubah diri dan menyesuaikan diri dalam hidup, nggak salah memang. Tetapi, ketika manusia harus menjadi patron bagi yang lain apalagi dalam hal kepemimpinan, warna jelas, terang benderang dipandang,  itu perlu. Dengan maksud orang -orang yang dipimpinnya akan memahami bahwa, "Oh, ia punya prinsip begini." "Oh, ia punya warna ini." 

Memang (dalam kondisi terdesak), dalam tempat dan waktu tertentu, kadang manusia perlu mengubah warnarnya. Pastilah hal itu karena ada "catatan" mendesak, dan tak terelakkan. Andai tidak, mengapa harus hilang identitas warna diri?

Salam jelas beridentitas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun