Tak hanya sekali, bahkan terlalu sering saya mendengar keluhan orang tua murid.
"Pak, kenapa ya  Pak Guru Annu, Ibu Guru  Ittu agak gimana gitu. Sepertinya jaga jarak, jaga imej, jaga gengsi dengan kami orang tua murid. Apalagi jika ditanya perkembangan anak kami, masalah anak kami, hambatan disekolah yang dialami, dst."
Benar bahwa kewibawaan seorang pendidik perlu dijaga, tetapi kedekatan dengan setiap orang, termasuk dengan orang tua murid juga perlu. Â Lalu?
Mari belajar bijak. Howard Hendricks dalam Teaching to Change Lives (1987) menyatakan bahwa salah satu permasalahan krusial atas pendidikan adalah kurangnya komunikasi. Komunikasi merupakan "bisnis" yang perlu dirawat bila orang masih ingin melanjutkan pendidikan dan pengajarannya.Â
Bahasa lainnya, komunikasi nggak nyambung, pendidikan menjadi buntung! Nah, gimana tuh? La iya toh? Komunikasi itu karena mengandaikan adanya common, sama, adanya kesamaan, commones, commonality. Maka, kalau ada pendidik merasa nggak sama dalam hal kemanusiaan menghadapi murid, menghadapi siswa, jangan harap akan ada murid yang berani mengatakan, "Pak....., Saya eek!"
Pembelajaran tatap muka terbatas, yang menyita konsentrasi penuh dari pendidik, persiapan pengajaran yang lebih sigap, mengandaikan pula seorang pendidik siap untuk mendengarkan kapanpun dan apapun yang disampaikan peserta didik. Mari belajar mendengarkan! Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI