Ketiga, jangan lupa memberi dorongan atau memotivasi anak. Sejauh pengalaman saya, ketika anak merasa di dukung dalam hidupnya, apapun dapat ia lakukan. Contoh, anak yang pemalu, pelit dalam bicara,  ketika didekati, diajak - pancing ia bicara, pastilah lama-lama akan ada perubahan. Memang sekali, dua kali, jika ditanya ngejawab sekata, dua kata. Tapi lama-lama  bisa suatu saat ia  akan nerocos  bicara sampai susah dipotong. Silakan buktikan!
Keempat, ikut terlibat. Mengajar anak sendiri, otomatis orang tua juga ikut terlibat, orang tua "membenamkan" diri dalam pola, cara langkah laku anak. Bahwa menjadi pengajar - pendidik anak sendiri itu ibarat diri sendiri juga sedang belajar. Â
Terakhir, kadang nggak disadari bahwa salah satu kunci yang ikut menentukan cepat lambatnya anak dalam mengerti, memahami  bahan ajar, adalah kesabaran. Kesabaran orang tua itu penting!  Ibarat makan, nggak ada orang tua ngasih makan anaknya sekaligus satu piring dituang langsung ke mulut. Pastilah sesendok demi sesendok. Itupun dilihat-lihat, pakai sendoknya besar atau kecil. Sendok dari plastik atau dari logam. Apa yang dimakan, lembut atau keras. Nah, begitulah juga mendidik/mengajar anak sendiri.Â
Jadi menurut saya, mengajar, mendidik anak sendiri itu jauh lebih mudah, karena kita pasti sangat paham latar belakang, karakter, sifat yang ada padanya. Â Pertanyaannya, sebagai orang tua, siapkan orang tua ikut belajar juga?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H