Beberapa waktu yang lalu kami rekreasi di kebun binatang. Di tempat tersebut ada berbagai macam binatang, mulai dari binatang yang berkaki dua, hingga berkaki empat; mulai dari binatang yang merayap - melata, hingga binatang yang terbang melayang!
Setelah mengelilingi kebun binatang tersebut, sampailah kami di tempat para badak dikandangkan. Kami melihat mereka sedang berendam di air berlumpur,
"Hai, Dak. Mengapa kalian berendam di  air kotor, berlumpur lagi? Cobalah sekali waktu berendam di air yang jernih, supaya badanmu juga bersih?"
"Oe, cah kumisen! Tidak usah mengurus kami para badak. Kami berendam di air kotor ini jauh lebih nyaman, lebih enak. Jika kami berendam di air jernih, nanti kelihatan kulit kami yang tebal, bolang-boleng, panuan, kudisan ... dst."
"Apa perlu kuambilkan air bersih, kusiramkan di badanmu?"
"Halah, tak usah. Sudah ada petugas yang sering menyirami  kami! Andaipun kulit kami disirami, bahkan disikat sampai bersih, tetap saja kami disebut BADAK! Sama dengan teman-temanmu. Sekalipun profesor, doktor, namun jika hidupnya korup, bahkan pernah dipenjara karena korupsi (hingga bebas bersyarat), tetap saja ia dipanggil bekas koruptor... Badak masihlah tetap bercula!"
"Dak, apakah teman-temanku tak berhak (panggilan dan) nama baik?"
"Berhak sih berhak. Â Tapi....."
"Tapi apa?"
"Teman-temanmu harus tahan uji dalam hidup. Tahan uji dan 'lurus' dalam berpikir, 'lurus' dalam berkarya, 'lurus' dalam berkata."
"Wakakakkk....jika begitu mana tahan?"