Manusia memang butuh dihargai, dari sisi jabatan, nama baik, peran dan seterusnya. Namun jika penghargaan itu amat dicari, apalagi dipaksakan; penghargaan - bahkan pengakuan untuk dihargai, dihormati - itu tak akan lestari. Pengakuan itu akan lekang ditelan jaman. Orang tak akan mengingatnya lagi. Justru orang yang mencari-cari 'pengakuan diri', 'merasa berjasa', 'merasa kuat' akan dikenang sebagai orang yang haus akan kedudukan.
Orang bisa saja membela diri dengan perkataan, "(Jabatan) ini demi kebaikan bersama." Pertanyaan dalam hati saya, kebersamaan yang mana, kebersamaan siapa? Kebersamaan yang hanya segelintir manusiakah, bisa jadi iya.
Akhirnya, seberapa berat dan susahkah orang mau mengatakan "saya cukup dengan kedudukan ini saja", "saya cukup dengan 'kursi' ini", "silakan Anda berkarya...!"Â Hal-hal tersebut hanya mungkin terkatakan, teraktualkan jika orang menyadari 'batas diri', orang menyadari 'kemampuan diri', orang menyadari 'delegasi diri'. Putriku berani mengatakan "tidak makan (lagi)," karena ia merasa kenyang. Dalam arti tertentu, putriku 'mendelegasikan' perutnya kepada perutku!
Kursi empuk memang enak untuk duduk. Namun, terlalu lama duduk di kursi empuk, akan menjadikan orang MALAS. Malas berpikir, malas ber-ZIKIR!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H