"Bulan Ramadan, adalah bulan penyucian diri. Bulan; bagai seorang anak kecil yang mengingatkan orang tuanya untuk segera pulang. Pulang, ingat akan tugas dan tanggung jawab sebagai manusia. Manusia yang kadang bermain-main dengan hidup, ia perlu 'pulang' dalam keseriusan diri. Serius untuk menyuci - membilas diri. Serius 'pulang' ke fitrah - kesucian yang sejati."
Jam 1.20 menit dini hari.
Kaspo dengan beberapa temannya masih glothakan bermain gaple di pos ronda. Rasanya, makin malam bantingan gaple itu makin kuenceng, sekenceng teriakan mereka. Tiba-tiba,
"Pak...........balik sudah pagi, bentar lagi saur...." suara nyaring si bungsu anak Kaspo, membuyarkan bantingan biji gaplenya.
"Bentar lagi, Nak. Bentar lagi juga selesai...., glothak! " suara biji gaple terbanting.
"Pak, kata mamak; mamak sudah kedinginan...cepat balik", teriakan si bungsu anak Kaspo makin keras.
Sontak, keempat teman Kaspo (satu pengamat) tertawa ngakak. Tawa dini hari yang belum pernah terdengar selama puasa.
"Sudahlah Po....baliklah. Istrimu sudah kedinginan tuh..," teriak teman-teman segaplean.
Ditemani si bungsu anaknya, Kaspo pulang. Sampai di rumah....
"Pak terusin dong nyucinya, tuh masih seember besar. Mama udah kedinginan nih. Lagian mama mau siapkan makan saur...." kata Nyonya Kaspo.
Sekian menit kemudian, cuma terdengar suara krubyak-krubyuk, si Kaspo mencuci dan membilas pakaian.