Sebagai seorang ibu, istri seorang petani, rasanya nafas ini semakin hari, semakin "sesak" saja. Nafas harus sesak karena terus menerus menahannya, terlebih juga menahan beban hidup. Pinggang semakin ramping, karena memang harus selalu "mengencangkan ikat pinggang".
Bayangkan saja, anak yang telah lulus sekolah. Ia akan melanjutkan sekolah dengan biaya masuk sekolah yang tidak murah. Seragam perlu baru, buku baru, ballpoint yang juga perlu baru. Baju satu stel (warna merah putih), ukuran medium untuk anak Sekolah Dasar, biasanya seharga 130 ribu, kini seharga 200 ribu; itupun berbahan pakaian kasar. Kaos kaki untuk anak sekolah, yang biasanya seharga 12 ribu, sekarang seharga 23 ribu.
Sementara anak - anak lain yang naik kelas, mereka juga tak jauh beda "nasibnya". Ia perlu daftar ulang juga ... Daftar ulang menggunakan uang, plus iuran ini - itu yang kadang tak masuk akal. Iuran kesehatan - Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) - untuk setahun, dibayarkan sekali. Iuran pramuka dibayarkan sekaligus. Bahkan iuran untuk rekreasi akhir tahunpun, juga dibayarkan sekaligus....gus!
Belum juga reda - bernafas dengan longgar - karena ketimpuk masalah 'biaya dunia' pendidikan, eh...tahu-tahu sudah menjelang bulan puasa. Herannya harga kebutuhan pokok, beras, gula minyak sayur sudah mulai merangkak naik. Sepertinya kesesakan ini bertimbun-timbun. Telur ayam yang biasanya sekilo seharga 15.000, eh... sekarang sudah merangkak 17.000 rupiah. Daging sapi yang biasanya 70.000, sekarang sudah 80.000. Gula putih biasanya sekilo 12.000, sekarang sekilo 14.000, astaganaga!
Herannya, tukang ojekpun ikut menaikkan tarif. Alasan ongkos ngojek naik, untuk tambahan biaya sekolah, dan tambahan biaya hidup. Kasihan si Ibu, maka dengan segala rendah hati, sang bapakpun harus rela menjadi "tukang ojek spesial". Itu dia....
Sumber inspirasi:
"Harga-harga Terus Naik", KOMPAS, Jumat 13 Juli 2012, hlm. 18.
Harga Bahan Pokok Merangkak Naik - KOMPAS.com
Harga Kebutuhan Pokok Merangkak Naik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H