Mohon tunggu...
Florensius Marsudi
Florensius Marsudi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia biasa, sedang belajar untuk hidup.

Penyuka humaniora - perenda kata.

Selanjutnya

Tutup

Money

Pak Beyo Penjual Beo

15 Januari 2011   15:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:33 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_83306" align="aligncenter" width="300" caption="gbr pinjam google"][/caption] "Mas aku nggak kuat lagi".  Kata pak Beyo, penjual Beo  siang kemarin. "Kenapa, Pak? Tanyaku. "Akh...., rasanya jadi pemimpin cuma sepanggangan jagung anget. Eh, diobok-obok terus.  Bayangkan mas Marsudi,  wargaku susah mbayar pajak.  Kendaraan magrok....(berhenti-macet),  lah... kok para rekan kerjaku cari obyekan dhewek-dhewek (sendiri-sendiri). Belum lagi, tempat olah raga yang mestinya untuk cari keringat malah jadi tempat 'unjuk gigi'..... Pening aku Mas". "Lo... Bapak  'kan terkenal dengan sebutan pak Beyo, jualan burung Beo. Bersiul saja Pak, nanti 'kan ada yang  menirukan.  Kalau dulu ada istilah 'menurut petunjuk.....',  sekarang....menurut pak Beyo penjual Beo, burung Beo". "Ah mas Marsudi ini ada-ada saja". "Loh...memang ada to Pak.  Buktinya, njenengan (Anda) saja membeokan diri. Orang lain yang ber-ulah, Bapak yang nggak kuat....halah...halah.  'turun kursi saja',  Pak". Pak Beyo penjual Beo, agak pening. --------------------------------------------- *) ekor tak akan pernah menjadi kepala, jika selamanya cuma mengekor....

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun