[caption id="attachment_83306" align="aligncenter" width="300" caption="gbr pinjam google"][/caption] "Mas aku nggak kuat lagi". Kata pak Beyo, penjual Beo siang kemarin. "Kenapa, Pak? Tanyaku. "Akh...., rasanya jadi pemimpin cuma sepanggangan jagung anget. Eh, diobok-obok terus. Bayangkan mas Marsudi, wargaku susah mbayar pajak. Kendaraan magrok....(berhenti-macet), lah... kok para rekan kerjaku cari obyekan dhewek-dhewek (sendiri-sendiri). Belum lagi, tempat olah raga yang mestinya untuk cari keringat malah jadi tempat 'unjuk gigi'..... Pening aku Mas". "Lo... Bapak 'kan terkenal dengan sebutan pak Beyo, jualan burung Beo. Bersiul saja Pak, nanti 'kan ada yang menirukan. Kalau dulu ada istilah 'menurut petunjuk.....', sekarang....menurut pak Beyo penjual Beo, burung Beo". "Ah mas Marsudi ini ada-ada saja". "Loh...memang ada to Pak. Buktinya, njenengan (Anda) saja membeokan diri. Orang lain yang ber-ulah, Bapak yang nggak kuat....halah...halah. 'turun kursi saja', Pak". Pak Beyo penjual Beo, agak pening. --------------------------------------------- *) ekor tak akan pernah menjadi kepala, jika selamanya cuma mengekor....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H