Ketika aku menulis di kompasiana ini,
aku cuma tergerak satu hal.
Aku ingin memakai pakaian yang sesuai dengan diriku sendiri.
Pakaian yang sesuai dengan ukuranku,
pakaian yang tak diukur dari badan orang lain
(Orang mudah menyalahkan orang lain, karena pakaian, karena penutup kulit yang berbeda)
Aku ingin memakai yang sesuai.
Sesuai kepala,
mata,
telinga,
hidung,
mulut,
leher,
bahu,
tangan,
jariku.
(Berpikir, melihat, mendengar, mencium, bahkan berbicara, menelan makanan ataupun bekerja dengan tangan dan jarikupun kadang menjadi masalah bagi orang lain. Orang bisa jadi budak pikiran hingga karya atau isi perutnya).
Aku ingin sesuai.
Dada,
jantung,
paru,
lambungku.
(Hidup yang sesuai adalah hidup yang dihirup, dihembuskan. Dipompa kembali sebagai makanan, rohani maupun jasmani).
Aku ingin sesuai.
Sesuai perut,
kelamin dan
kakiku.
(Jati diri yang tak pernah selesai adalah citra kelaki-lakian atau keperempuanan [kelamin] yang menyejarah)
Sesuai sebelum usai.
Usai perjalananku.
(Hidup masih dan terus akan berlalu - belum usai)
Minggu,30 Mei 2010, jam 3.15
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H