Di depan para sahabat dan kerabat,
Kau berteriak...tolak...tolak...tolak,
Namun sebayang berkelebat cepat,
Kau berkata, dukung perpu pilkada!
Nafsu birahi kursi hangat merambat,
Menanti pantat keropos dirimu,
Bak durjana CAKIL suka usil,
Mengganggu kenyamanan rakyat dekil.
Oh, Â politisi "bernyanyi" tak seksi,
Kapankah sanubarimu terisi?
Ataukah kau hanya bisa berpikir,
Kapan "perutku" akan berisi?
Jika nilai keteladanan tak dikedepankan,
Dimanakah mukamu akan kau campakkan?
Di lumpur yang menyembur?
Di tanggul yang mulai gembur?
Memang lidah tak bertulang!
Sekali bergerak maju mundur kebelakang,
Tak sejengkal pun ia berhenti,
Sekalipun untuk memuji dan mencaci!
Andai boleh kupilih,
Bertulanglah lidah:
agar ada integritas,
profesionalitas,
inovasi berkualitas,
bertanggung jawab lebih jelas,
dan keteladanan secara tuntas.
---------------------
fajar menyingsing dekat kampus!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H