"Orang yang cepat marah menimbulkan pertengkaran, orang yang sabar membawa perdamaian." Â (Amsal 15:18)
Menjadi seorang guru? Tidak pernah sedikitpun terbersit dalam benak saya untuk menjadi seorang guru, apalagi bercita-cita menjadi seorang guru sekolah dasar. Saya merasakan ini karena hampir semua orang beranggapan bahwa mengajar hanyalah sebuah profesi. Bagi kebanyakan orang mengajar lebih baik daripada tidak memiliki pekerjaan. Namun setelah saya menekuni dunia pendidikan dan memutuskan untuk menjadi seorang guru, saya akhirnya mengerti bahwa menjadi seorang guru adalah pekerjaan yang mulia. Menjadi seorang guru tidak hanya mengajar tetapi juga merupakan tanggung jawab yang besar untuk masa depan dalam membentuk karakter anak.
Tanggung jawab seorang guru sangatlah besar. Menjadi seorang guru dituntut untuk tidak hanya memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, tetapi juga memiliki hati yang penuh dengan ketulusan. Terlebih dalam menghadapi bebagai macam karakter anak yang berbeda-beda, disini peranan, kesetiaan, serta kesabaran sebagai seorang guru diuji. Pengendalian diri dan emosi sangat ditekankan selama proses pembelajaran, dimana banyaknya tingkah laku anak-anak yang terkadang banyak tidak sesuai dengan keinginan hati kita.
Tingkah laku anak-anak yang dulu saya rasa tidak sesuai dengan hati saya, terkesan sangatlah berat. Hal ini dikarenakan, saya menganggap bahwa guru hanyalah sebuah profesi yang harus saya jalani, untuk mendapatakan uang demi memenuhi kebutuhan saya sehari-hari. Secara tidak sadar, saya memposisikan diri dan menganggap bahwa mengajar adalah sebuah keterpaksaan. Ditambah lagi dengan banyaknya kebijakan pemerintah yang mengharuskan seorang guru tidak hanya fokus mengajar, tetapi juga dituntut untuk paham kurikulum dengan baik.
Di tahun ketiga mengajar, saya mulai membuka hati saya untuk menjadi seorang guru seutuhnya. Saya mulai asik dan nyaman dengan profesi yang saya ambil. Saya juga menyesal, mengapa saya tidak mencoba membuka hati saya dari awal untuk mendalami profesi ini. Saya juga mencoba mengembangkan dan memodifikasi bahan ajar saya, agar anak-anak lebih mudah memahami apa yang saya ajarkan. Saya juga mulai lebih mendekatkan diri kepada anak-anak untuk mengetahui karakter dan kebiasaan serta tingkah laku mereka sehari-hari. Meskipun kadang kala, masih banyak yang tidak sesuai dengan harapan saya, hal itu tidak menjadikan saya putus asa. Sebaliknya malah menyulut semangat saya untuk terus belajar, agar menjadi seorang guru yang lebih baik lagi kedepannya.
Sebagai seorang guru saya juga dituntut untuk bersikap adil pada setiap anak. Cara guru memperhatikan dan memperlakukan anak harus seimbang. Salah satu contohnya adalah dalam menyikapi tentang predikat anak pintar dan anak nakal yang menjadi tantangan sulit dimana guru diharuskan tetap bersikap adil. Mengajari anak pintar untuk menjadi anak yang rendah hati memanglah tidak mudah. Akan tetapi sebaliknya, mengajari anak nakal untuk menjadi anak yang patuh dan tekun seringkali menghilangkan kesabaran gurunya. Hal ini juga saya alami dalam proses saya mengajar. Tidak jarang saya juga hampir tidak bisa mengendalikan emosi saya. Kesabaran saya benar-benar diuji oleh mereka. Sering kali saya menegur bahkan menghukum mereka. Hal ini masih menjadi catatan bagi saya untuk kedepannya bagaimana seharusnya saya menyikapi dengan baik.
Hingga saat ini kesabaran dan kesetiaan selalu menjadi dua pilar yang sangat penting bagi saya dalam menjalankan profesi yang sangat mulia ini. Hal ini juga membatu saya untuk mendalamkan iman saya. Kesabaran membantu saya menghadapi tingkah laku anak yang sulit untuk dikendalikan. Akan tetapi dengan kesabaran dan kesetiaan, saya dapat menangani situasi yang sulit ini dan mampu menciptakan lingkungan belajar yang positif dan tenang.
Harapan saya ke depannya, kesabaran dan kesetiaan saya tetap teguh dalam mengajar anak-anak. Karena saya sadar, perkembangan tumbuh kembang karakter mereka ada pada kita sebagai pengajar dan pendidik, bagaimana kita bersikap kepada mereka. Saya percaya, Tuhan akan tetap membimbing saya dalam menjalani perjalanan ini, dan akan memupuk iman saya hingga tumbuh berkembang menjadi pelayan yang mengabdi bagi berkembangnya anak-anak kecil yang dicintai Tuhan (Mat 19:14).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H