Mohon tunggu...
Florentina R Yulita
Florentina R Yulita Mohon Tunggu... -

Economy Development. Great hopes make great item

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Malapetaka Terbesarku adalah Memimpikanmu

9 September 2015   23:39 Diperbarui: 9 September 2015   23:51 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam yang begitu dingin yang tidak sama bedanya dengan yang lalu

Sinar rembulan yang remang tidak sama bedanya dengan malam kemarin

Dinginnya udara malam berhembus menembus tubuhku hingga ke dalam tulangku

akankah sama jadinya hari ini ketika bayangmu datang ditengah malam yang ambigu itu?

 

Aku telah berjalan melewati setiap jalan yang telah tergambar oleh jejak kaki yang sebelumnya telah melangkah di depanku, cahaya lampu yang hanya ku dapatkan dari lampu minyak serta lampu jalanan yang berdiri tegak di setiap 5 meter berikutnya. Suasana ramai dan hiruk pikuk tawa yang ku temui di setiap rumah warga. Terdengar pula nyanyian syahdu dengan melodi yang lahir dari sebuah alat musik yang dilengkapi enam senar di gagangnya. membuatku semakin ingin berlama-lama di dalam keadaan tersebut.

Tak jauh dari keramaian itu, terdapat keramaian lagi kira-kira 10 meter dari tempat itu. Kini tempat yang lain jauh lebih membuatku penasaran. Suara gendang yang berdendang dan irama lagu yang mengiringi tarian sederhana di tengah hangatnya api unggun, sehingga membuatku untuk menghentikan langkahku sejenak.

Orangtua yang sibuk menyiapkan tenda dan alas tidur mereka. Anak-anak kecil yang asyik menikmati jagung bakar mereka, anak muda yang asyik menikmati cokelat panas dan cerita kehidupan mereka masing-masing. Pasangan muda yang asyik bersender dipundak dan saling menggenggam tangan demi melawan kerinduan mereka, sehingga membuat malam hari nampak begitu hangat. Aaahhh. melihat kebahagiaan mereka membuatku tersadar bahwa aku adalah seorang single. Hahaha.

Suasana itu seperti hendak mengajakku untuk bergabung bersama mereka. Akhirnya ku putuskan untuk berjalan ke arah mereka dan duduk di salah satu kayu batang yang disediakan di situ untuk tempat duduk. Aku disambut oleh keramahan mereka yang membuat hatiku tersentuh. Tampaknya memang agak berlebihan, tapi itulah kenyataan yang membangunkanku dari jaimnya dunia ini.

Aku berada di posisi yang dekat dengan mereka, lalu aku memperhatikan seksama masing-masing dari mereka, hingga kemudian aku menemukan seseorang yang tak asing bagiku. Reza.

Sontak aku pun terkejut, dan sosok itu membuatku sadar dari alunan irama musik yang mereka mainkan. Sejauh inikah aku melangkah tapi malapetaka itu ternyata telah menungguku di depan? Reza ternyata membalas tatapanku dengan senyuman yang hangat. Tapi raut wajahnya membuyarkanku dan mengingatkanku akan sebuah kecelakaan yang terjadi tiga tahun yang lalu, di saat aku yang ikut membantu temanku mencari jagung untuk pesta api unggun dan mobil Reza menabrak tubuhku dari belakang sehingga aku terpental dan batal untuk menjadi bagian dari acara pesta api unggun yang akan kami adakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun