Pada sidang ke-209 dewan eksekutif United Nations Educational, Science and Cultural Organization (UNESCO) di Paris tanggal 7 Juli 2020 Geopark Kaldera Toba akhirnya diakui dan terdaftar ke dalam jaringan UNESCO Global Geopark (UGG).
Pengakuan ini mengalami perjalanan yang panjang. Tahun 2011, nama geopark di kawasan Danau Toba diusulkan dengan nama Geopark Toba. Namun atas pertimbangan bahwa Danau Toba adalah hasil dari letusan supervolcano yang membentuk kaldera maka pada tahun 2013 penamaan kawasan tersebut diusulkan menjadi Geopark Kaldera Toba yang kemudian ditetapkan sebagai Geopark Nasional pada 7 Oktober 2013 dan diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada 27 Maret 2014.
Filosofi dibalik konsep geopark pertama kali dicetuskan pada Simposium Internasional Pertama Warisan Geologi tahun 1991 di Digne, Perancis di mana geolog dari seluruh dunia bertukar pikiran tentang pentingnya melakukan konservasi pada situs-situs geologi di seluruh muka bumi. Lalu disepakati sebuah definisi warisan yang baru, yaitu warisan geologi. Dunia yang telah berusia 4.5 miliar tahun melalui proses evolusi yang panjang dan lama telah membentuk lingkungan di mana manusia tinggal dan beraktivitas. Artinya bumi dan manusia adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Maka melalui jaringan geopark umat manusia dapat bersama-sama mengupayakan perlindungan dan pelestarian sekaligus mempromosikan warisan geologi dan kesejahteraan masyarakat sekitar melalui pembangunan yang berkelanjutan.
Penetapan Geopark Kaldera Toba ke dalam jaringan geopark dunia tentunya sangatlah penting, bahwa kawasan yang merupakan kesatuan geologis, budaya dan hayati yang terkandung dalam Heritage of Toba tidak hanya milik Sumatra Utara ataupun Indonesia, namun juga milik dunia. Salah satu upaya pelestarian dan promosi tersebut adalah melalui pengembangan geowisata. Geowisata bukanlah sekedar menikmati pemandangan alam yang indah, di dalamnya terkandung edukasi, konservasi lingkungan dan pengembangan budaya yang pada akhirnya memberikan kontribusi bagi kesejahtera masyarakat sekitar.
Dengan luas 1.145 km persegi, danau Toba merupakan danau vulkanik terbesar di dunia yang terbentuk akibat letusan berkali-kali dari supervolcano gunung purba Toba. Letusan ketiga atau yang terakhir diperkirakan terjadi sekitar 75.000 tahun yang lalu, merupakan letusan terbesar yang menghasilkan kaldera yang kemudian menjadi danau Toba sekarang dengan pulau Samosir di tengahnya. Berdasarkan letak kaldera hasil letusan dan pengangkatan dasar kaldera menjadi sebuah pulau kawasan Kaldera Toba dibagi menjadi empat geoarea yaitu: kaldera porsea, kaldera haranggaol, kaldera sibandang dan samosir.
Selain geosite pulau Samosir, proses letusan-letusan gunung purba raksasa tersebut juga meninggalkan jejak geologis dan geomorfologis yang tersebar di enam belas wilayah geosite yang berada pada tujuh kabupaten sebagai berikut:
Kabupaten Dairi, geosite Silalahi-Sabungan
Kabupaten Karo, geosite Sipiso-piso-Tongging
Kabupaten Simalungun, geosite Haranggaol dan Sibaganding
Kabupaten Toba Samosir, geosite Taman Eden, Batu Basiha-TB Silalahi Balige, Situmurun