Gundah ku mengenang cumbu.
Melongok langit nan teduh.
Biar akal masih melekat, namun fantasi melayang - layang.
Biar raga tak terlihat, namun jiwa tetap terngiang.
      Simpang jalan nan sendu.
      Bagai distorsi jingga yang kulihat dalam kubangan kala itu.
      Rinai hujan hanya membuat ku semakin candu.
      Meradang -- radang, menagih rindu.
Malam.
Sungguh kelam.
Derita dan sunyi.
Bersama nya menggerayangi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!