Saya mengisahkan perjalanan saya mulai masa kanak-kanak hingga sekarang remaja. Di dalam artikel itu, saya mengangkat figur seorang 'kritikus sastra' sekaligus seniman, almarhum Mukhsin Ahmadi. Ia merupakan dosen IKIP Malang, sahabat dekatnya budayawan Emha Ainun Najib (Cak Nun) dan almarhum penyair WS Rendra. Ia merupakan tokoh inspirator saya dalam menulis artikel.Â
Saya memanfaatkan beberapa perspektif sekaligus, termasuk menyisipkan kutipan wasiat tokoh kritikus sastra almarhum Mukhsin Ahmadi.
"Kalau sudah besar nanti kakek akan memberimu mata kuliah 7 Macam Kepribadian. Dari tatapan matamu, kakek dapat melihat bahwa kamu adalah anak yang pintar. Tapi kamu harus pergi ke sekolah agar bisa belajar bersosialisasi dan toleransi", wasiat sang 'Kritikus Sastra' julukan kakek Mukhsin Ahmadi waktu itu kepada saya yang saya tulis di Artikel Final FeLSI 2021.
Baca Juga:Â MaharsyAlfath, Pelajar MAN 1 Jombang Soroti Peran Generasi Muda di Konferensi Asia World
Sejatinya, wasiat kakek merupakan nasihat kepada saya supaya rajin bersekolah. Ketika itu, saya masih taman kanak-kanak. Saya sering absen, tidak masuk sekolah. Kebiasaan 'bolos' sekolah berlanjut hingga SMP, saya pun sering dipanggil ke ruang bimbingan konseling. Namun, saya mengganti pengorbanan itu dengan kegiatan positif lainnya. Saya mengeksplor hobi bermusik secara serius dan fokus. Saya setidaknya menghabiskan waktu 5 jam per hari untuk belajar audio-video melalui video YouTube.
"Ceritanya, sejak kecil saya suka bermain game action dan game musik. Saya masih teringat ketika asyik bermain game musik di ponsel milik ibu. Waktu itu banyak lagu tema game beraliran orchestra. Saya masih menghafalnya hingga sekarang. Kemudian ketika kelas empat SD, saya mulai menyukai bermain drum virtual untuk lagu metal. Inilah awal yang mengubah kesukaan saya pada musik menjadi hobi", kisah saya dalam artikel final di Pameran Karya Finalis FeLSI 2021.
Baca Juga:Â Dibuka Summer Course 2022, Ikuti Kisah Siswa MAN 1 Jombang Alumni Penerima Beasiswa YYGS Connect
Ke depan, saya sebagai musisi, komponis, dan kreator konten YouTube Flemmo Music, akan terus konsisten menggaungkan pentingnya moderasi beragama sebagai instrumen dalam menjembatani dua kelompok ekstrem liberalis versus konservatif, untuk mencegah intoleransi dan radikalisme.Â
Moderasi beragama ini sangat urgen dipopulerkan kepada generasi Z demi mendukung toleransi dan perdamaian.
Baca Juga:Â Keren! Garap Sektor Ekonomi Kreatif, Pemuda 17 Tahun Raih Hadiah Rp75 Juta dari EWC