Mohon tunggu...
Maharsyalfath Izlubaid Qutub Maulasufa
Maharsyalfath Izlubaid Qutub Maulasufa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Musisi

Citizen Journalism - Coding - Musician: Composer, Digital Music Production, Producer, Audio Engineer, Sound Designer, Arranger, Video Editor, UI/UX Designer, Content Creator, Social Media Marketing, Cinematographer at Channel youtube.com/FLEMMO

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Story Telling, Inspirasi Moderasi Beragama Melalui Musik di Era Pandemi

11 Agustus 2021   16:29 Diperbarui: 12 Agustus 2021   10:11 1418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kalau sudah besar nanti kakek akan memberimu mata kuliah 7 Macam Kepribadian. Dari tatapan matamu, kakek dapat melihat bahwa kamu adalah anak yang pintar. Tapi kamu harus pergi ke sekolah agar bisa belajar bersosialisasi dan toleransi", wasiat sang 'Kritikus Sastra' julukan kakek Mukhsin Ahmadi waktu itu kepada saya.

Saya, Maharsyalfath Izlubaid Qutub Maulasufa (18) merupakan siswa MAN 1 Jombang, Jawa Timur. Saat ini saya duduk di kelas XII Bahasa, Sastra, dan Budaya. Nama panggilan saya, Alfath artinya kemenangan, yang juga bisa bermakna bahwa hidup harus diperjuangkan. Passion saya pada seni musik dimulai ketika usia lima tahun. Darah seni tumbuh dari keluarga ibu. Saat itu, saya menyukai mainan drumset, gitar plastik, dan juga suka menirukan irama lagu.

Saya tertarik belajar seni dan budaya. Kakek mengenalkan saya pada berbagai budaya dan cerita tentang perjalanannya ke Amerika Serikat. Beliau merupakan dosen di Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra (FPBS) IKIP Malang, mengajar mata kuliah Bahasa Indonesia, Filsafat Ketuhanan, dan Ilmu Budaya Dasar. Kampus itu kini berubah nama menjadi Universitas Negeri Malang (UM). 

Nama beliau Mukhsin Ahmadi (almarhum, 2009), dikenal sebagai kritikus sastra, dan seniman. Kerap disapa Pak Mukhsin oleh para sahabat terdekatnya, di antaranya budayawan Emha Ainun Nadjib atau Mbah Nun (Cak Nun) dan almarhum penyair WS. Rendra.

Dasar-Dasar Komposisi Bahasa Indonesia, Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra, Penyusunan dan Pengembangan Paragraf, Karya Drs. Mukhsin Ahmadi (Dok. pribadi)
Dasar-Dasar Komposisi Bahasa Indonesia, Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra, Penyusunan dan Pengembangan Paragraf, Karya Drs. Mukhsin Ahmadi (Dok. pribadi)

Saya menjadi teringat ketika usia 5 tahun. Kakek memberi wasiat kepada saya. Terkait dengan wasiatnya, beliau pernah mengikuti program Refresher C di University of Houston, Texas, Amerika Serikat, tahun 1988. Selama di Houston, beliau punya tiga karya buku berjudul: 1. Dasar-Dasar Komposisi Bahasa Indonesia, 2. Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra, 3. Penyusunan dan Pengembangan Paragraf. 

Sedangkan wasiat kakek tentang 'Tujuh Macam Kepribadian' ada pada buku The 7 Habits of Highly Effective People karya Stephen R. Covey, 1989. Buku ini sangat populer di Amerika. Saya membaca versi terjemahan, "Tujuh Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif", sebuah buku pembakar semangat saya dalam menggapai impian.

Baca Juga: Keren! Garap Sektor Ekonomi Kreatif, Pemuda 17 Tahun Raih Hadiah Rp75 Juta dari EWC ASEAN Youth Organization

Untuk mencapai impian itu, nilai-nilai ketuhanan (Habluminallah) dan kemanusiaan (Habluminannas) menjadi pedoman terpenting dalam hidup saya. Nilai ketuhanan sebagai wujud dari hubungan antara manusia (creation) dengan Tuhannya (creator). Selaras dengan Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa. 

Nilai ketuhanan ini juga ada di bagian terakhir Seven Habits, Sharpen the Saw; Growth yaitu memperkuat nilai spiritual. Saya meyakini bahwa memegang nilai ketuhanan dapat memperoleh kekuatan, perlindungan, dan kemudahan dari Tuhan. Inilah bekal untuk mewujudkan pribadi mandiri, tekun, giat berusaha, meningkatkan kemampuan diri, dan hidup bersosialisasi. Selanjutnya: Peran Musisi Muda...

Pada wilayah kemanusiaan, orang tua dan madrasah mengajarkan kebajikan, kedamaian, kasih sayang, dan sopan santun. Moralitas ini telah memengaruhi sikap dan kepribadian saya dalam berinteraksi di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Saya menyalurkan hobi bermusik sejak awal SMP. Di usia itu, saya mulai belajar audio-video digital secara otodidak melalui channel YouTube. Saya mengasah kreativitas dengan menggubah lagu menggunakan software Digital Audio Workstation (DAW), FL Studio. Genre favorit saya adalah jazz dan folk.

Maharsyalfath Izlubaid Qutub Maulasufa, peserta didik MAN 1 Jombang bertemu dengan Direktur KSKK Kemenag RI, Dr. H. Ahmad Umar, MA pada 7/4/2021
Maharsyalfath Izlubaid Qutub Maulasufa, peserta didik MAN 1 Jombang bertemu dengan Direktur KSKK Kemenag RI, Dr. H. Ahmad Umar, MA pada 7/4/2021

Pandemi COVID-19 bukanlah halangan untuk terus berkreasi. Selama sekolah di MAN 1 Jombang, saya menjadi ketua ekstrakurikuler musik. Saya membuat puisi musikal, tampil di acara musik ulang tahun sekolah, dan acara lainnya. Saya menggunakan nama Flemmo, artinya roda berjalan. Kegiatan favorit saya yaitu mengomposisi musik digital, teknik audio, dan penyuntingan film. Album saya Flemmo, "The Beginning of Us" (2020) dan "Dynamic" (2021) tersedia di platform streaming utama: Spotify, Apple Music, Amazon, YouTube, dan platform musik digital lainnya.

Di komunitas global, saya menjadi bagian dari Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) sejak 2020. YSEALI merupakan program pemerintah Amerika Serikat yang diluncurkan oleh Presiden Barack Obama pada tahun 2013. Saya mengadakan acara musik dan diskusi dengan para pemuda bertajuk "Musisi, Agen Perubahan di Masyarakat" di perayaan YSEALI ke-7 pada Desember 2020.

Tahun 2021 ini, saya juga berpartisipasi dalam kompetisi YSEALI ASEAN Appreciation -- Contest "Express Yourself" 2021. Sebagai komposer, saya membuat lagu "Awareness" di kontes YSEALI. Pesannya tentang kesadaran, moderasi, semangat hidup, dan kesehatan di era pandemi Covid-19.

Di tengah pandemi COVID-19, semangat hidup dan karya generasi muda terus berkobar. Saya lolos seleksi sebagai delegasi Indonesia dalam program Yale Young Global Scholars (YYGS) 2021. Saya menerima beasiswa penuh di YYGS Connect di bidang Literature, Philosophy, and Culture. Beasiswa ini berupa kuliah pada musim panas 2021 di Universitas Yale, salah satu Ivy League University di Amerika Serikat. Saya mengenalkan budaya dan toleransi kehidupan antar umat beragama di Indonesia dalam perkuliahan.

Baca Juga: Alfath, Siswa MAN 1 Jombang Duta Indonesia di Ajang UNESCO Center for Peace IMUN

Alhamdulillah, momentum luar biasa ketika madrasah memberi kepercayaan kepada saya untuk menjadi Duta Harmoni Madrasah 2021. Duta Harmoni merupakan upaya untuk memaksimalkan potensi bakat para pemuda melalui penguatan karakter terutama pada aspek moderasi beragama. Untuk mencegah intoleransi, radikalisme, ekstremisme demi menjaga kerukunan antar umat beragama.

Duta Harmoni sangat relevan untuk menjadi sebuah gerakan moderasi beragama sebagai jalan tengah antara dua kelompok ekstrem; liberalis dan konservatif dalam memahami agama. Moderasi beragama merupakan esensi dalam agama Islam, yaitu Islam moderat. Sebuah paham keagamaan yang sangat relevan dalam konteks keberagaman dalam segala aspek, baik agama, adat istiadat, suku dan bangsa. 

Selanjutnya: Pesan dari Bapak Madrasah Indonesia...

Saya menjadi ingat pertemuan saya dengan Dr. H. Ahmad Umar, MA di Kemenag RI Pusat pada 7 April 2021 lalu. Saya memanggilnya dengan sapaan Profesor Umar. Beliau penggagas 'Madrasah Hebat Bermartabat, dan Berkelas Dunia', mantan Direktur KSKK Kemenag RI. Beliau berpesan kepada saya bahwa generasi muda harus tangguh inovatif kreatif mandiri.

"Jadilah generasi cerdas dan santun dalam menyikapi dinamika kehidupan", pesan Profesor Umar, Bapak Madrasah Indonesia kepada saya.

Dr. H. Ahmad Umar, MA, Bapak Madrasah Indonesia Penggagas
Dr. H. Ahmad Umar, MA, Bapak Madrasah Indonesia Penggagas "Madrasah Hebat Bermartabat, dan Berkelas Dunia" (Dok. pribadi)

Di sinilah peran musisi muda menjadi penting dalam moderasi beragama. Melalui musik, seseorang bisa memiliki peran untuk memengaruhi moral, emosi, sikap, dan perilaku dalam konteks moderasi beragama. Yaitu dengan mengadakan kegiatan musikal dan memanfaatkan lagu sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan demi menyatukan kaum muda dari budaya yang berbeda.

Baca Juga: Flemmo Komposer Musik Digital Indonesia Masuk Top 12 Startup di Kompetisi

Menurut saya, moderasi beragama terkait dengan inti kehidupan, yaitu dinamika dan harmoni. Inilah yang menginspirasi saya untuk menggubah lagu dengan menyisipkan nilai-nilai kehidupan dan kemanusian, beraliran Instrumental Orchestra berjudul "Dynamic". Lagu ini mengisyaratkan bahwa hidup harus penuh semangat dan energi agar dapat bergerak cepat (dynamic), mudah menyesuaikan diri (adaptive), dan selaras (harmonic) dengan dinamika kehidupan. Saya merilisnya bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2021 lalu.

Sebagai musisi, memaksimalkan potensi dan bakat sudah menjadi suatu keharusan. Harapannya, peran saya sebagai musisi bisa memobilisasi semua kalangan, meneguhkan wawasan kebangsaan sesuai nilai-nilai Pancasila, dan berdampak positif pada menguatnya sikap toleransi dan moderat beragama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Inilah kunci dari kemajuan sebuah bangsa. *Alfath.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun