Mohon tunggu...
Sabar Rudy Charolus Siallagan
Sabar Rudy Charolus Siallagan Mohon Tunggu... Buruh - Pembaca

Peminat beragam bacaan, mengejawantahkan hasil bacaan melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Renungan Kristen: Penyertaan Tuhan yang Sempurna: Keluaran 15:22-27

20 Oktober 2024   14:23 Diperbarui: 20 Oktober 2024   14:26 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Dalam hidup kita melewati berbagai peristiwa yang tidak mudah untuk dilewati dan harus diakui beberapa peristiwa tidak pernah kita pikirkan sama sekali. Siapa dari kita yang menyangka akan ada masa dimana kita senua berjibaku dengan pandemi, kita dikurung dalam rumah bahkan kehilangan orang yang kita kenal atau kita kasihi karena direngkuh pandemi. Belum lagi pegumulan-pergumulan yang sering kita alami namun tetap terasa perih ketika dihadapi seperti: harga beberapa bahan pokok yang meninggi, tagihan listrik dan air yang naik.  Hal-hal menakutkan seakan tak berhenti terjadi menimbulkan banyak kegelisahan di hati. Pergumulan-pergumulan pribadi  kerap menghadirkan resah dan was-was dalam diri. Namun yang menjadi masalah ialah seringkali ketakutan-ketakutan tersebut bertumpuk, bertumpuk dan semakin bertumpuk hingga membuat mata tak lagi bisa melihat dengan jelas kesempurnaan Penyertaan Tuhan dalam kehidupan kita. Mata dan hati kita tertutup oleh pergumulan-pergumulan kita. Melalui Keluaran  15:22-27 kita akan belajar betapa sempurnanya penyertaan Tuhan bagi kita, bahkan meski dalam sungut-sungut kita.

Jangan biarkan rasa khawatir menutupi mata kita terhadap penyertaan Tuhan

Hal ini terjadi pada umat Israel, Dalam perjalanan mereka sampailah mereka di padang gurun syur, dan menipislah persediaan air mereka, tenggorokan mulai kering, mungkin anak-anak juga mulai merengek-rengek karena haus. Mereka mulai panik, selama tiga hari mereka berjalan, tidak ada tanda-tanda menemukan sumber air.

Tiba-tiba di hari yang ketiga perjalanan mereka,  akhirnya mereka menemukan sebuah mata air, mungkin mereka berpikir inilah akhir dari penderitaan mereka, bisa jadi mereka berharap rasa dahaga mereka akan terobati dengan penemuan mereka ini. Namun yang terjadi ketika mereka mencoba meminum air tersebut air itu ternyata pahit. Hancurlah harapan mereka rusaklah angan mereka, impian mereka akan kelegaan berganti kekecewaan. Yang menjadi masalah kemudian adalah umat Israel meresponi masalah ini dengan bersungut-sungut.

Kita bisa membayangkan betapa menjengkelkannya orang yang bersungut-sungut. Bahkan saya pikir banyak dari kita akan membatalkan kerja sama atau batal meminta pertolongan seseorang jika kita tahu orang tersebut adalah orang yang suka bersungut-sungut. Satu orang yang bersungut-sungut sudah sangat menjengkelkan apalagi dalam peristiwa ini ada ribuan bahkan mungkin lebih dari satu juta  manusia[1] yang bersungut-sungut. 

Mereka bersungut-sungut, protes dan mengomel kepada Musa. Baru saja beberapa hari yang lalu mereka melihat bagaimana Allah bertindak dengan Ajaib untuk melindungi mereka, membelah laut teberau, menenggelamkan Firaun dan pasukannya, baru saja mereka berbaris memuji-muji Tuhan melalui Lagu, tari-tarian dan tabuhan rebana yang dipimpin Miryam  karena kemenangan yang Tuhan berikan, bahkan tiang awan dan tiang Api bukti penyertaan dan perlindungan Tuhan itu masih terihat oleh mata kepala mereka. Namun yang rasa haus mengaburkan pandangan mereka terhadap besarnya kuasa Allah.

Rasa haus membuat mereka lupa akan pemeliharaan yang sempurna yang dinyatakan Allah kepada mereka. Penderitaan mereka tidak membawa mereka pada pertumbuhan dan pernyataan iman, malah membawa mereka kepada sungut-sungut yang menjengkelkan.

Saya sebagai seorang ayah terkadang terbersit kekhawatiran, dapatkah kelak anak saya bertumbuh dengan baik dalam derasnya arus informasi masa kini? Bisakah anak saya kelak bersaing namun juga menyaring segala model informasi yang dia terima? Belum lagi beragam kejahatan yang terjadi dalam belakangan ini terkadang membuat gentar hati saya.

Padahal firman Tuhan dalam Mazmur 1121-2 'Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati.' Atau Mazmur 3723-24 TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya. 

Melalui firman-Nya dengan jelas Tuhan bicara bahwa jika saya hidup saya benar dihadapan Tuhan maka bahkan sampai anak cucu saya akan beroleh berkat dan perlindungan, sekalipun saya jatuh tak akan sampai tergeletak.  Janji Tuhan jelas dan tidak berubah namun yang terjadi pandangan saya terhadap janji Allah menjadi kabur tertutupi oleh kekhawatiran saya.

 

Bagaimana respon kita dalam menghadapi pergumulan? Panik sebentar, berdoa lalu bersyukur?atau kemudian malah pahit dan undur? Bersungut-sungut dan menyalahkan orang disekitar kita lalu berhenti melayani?

 

Merespon pergumulan dengan benar 

Berbeda dengan respon Orang Israel yang bersungut-sungut Musa meresponi sungut-sungut itu dengan berseru-seru kepada Tuhan. Dia berteriak kepada Allah penguasa semesta yang dia yakini mampu menyelesaikan masalah ini. Dia berseru kepada Tuhan yang mengutusnya dan Tuhan menjawab melalui sepotong kayu yang mengubah mata air pahit menjadi layak diminum. Melegakan rasa haus bukan hanya satu orang melainkan rasa haus sebuah bangsa. Hanya sepotong kayu, dalam kuasa Sang Pencipta semesta, melalui tangan pribadi yang berseru kepada Tuhan  sepotong kayu itu  menjadi solusi atas pergumulan sebuah bangsa.

Musa sadar sepenuhnya bahwa Allah selalu ada maka ia sepenuhnya bergantung hanya kepada Allah yang mengutusnya. Dia paham sepenuhnya bahwa penyertaan Tuhan itu sempurna bagi umatnya.  Maka dalam situasi yang sulit iru dia tetap memilih untuk berseru-seru kepada Tuhan

Keluaran 15:26 Firman-Nya: "Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit manapun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau

Dalam setiap pergumulan dan kesusahan yang mungkin kita rasakan dalam hidup kita, adakah kita bertemu dengan pengajaran dari Tuhan?adakah iman yang bertumbuh? Adakah rasa bergantung yang semakin erat kepada Allah kita?

Dan akhir kisah ini ditutup oleh ayat 27

Sesudah itu sampailah mereka di Elim; di sana ada dua belas mata air dan tujuh puluh pohon korma, lalu berkemahlah mereka di sana di tepi air itu.

Menurut para arkeolog jarak Antara Mara dan Elim adalah sejauh 12 KM, Artinya tidak jauh dari tempat mereka bersungut-sungut Tuhan sudah menyediakan tempat yang bukan hanya melepaskan dahaga mereka tapi juga akan mengenyangkan mereka. Tuhan tau apa yang kita butuhkan dan akan memberi tepat seperti yang kita butuhkan. Kalaupun kita kadang sulit memahami cara Tuhan bekerja bukan berarti itu tidak mungkin terjadi. Seringkali yang terjadi kita coba mengatur Tuhan dengan pikiran kita yang sangat sempit. Dan akhirnya kecewa karena pikiran kita sendiri.

Pemeliharaan Bapa Kita sempurna, inilah yang harus kita pegang tiap waktu. Panggilan yang Allah nyatakan pada kita. Dalam Kasihnya yang besar Dia akan terus menuntun perjalanan hidup kita. Dalam rasa pahit yang mungkin akan kita hadapi ingatlah akan ada tongkat yang terulur untuk kembali memberi rasa manis dalam hidup kita. Dalam lelah dan penat yang kita hadapi akan ada mata air sejuk yang menantikan kita dalam perjalanan selanjutnya. Namun dalam lika-liku perjalanan itu mari untuk sungguh-sungguh mendengar suara Tuhan dan melakukan apa yang benar dimata Tuhan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun