Semenjak Tuhan menciptakan dunia, Tuhan telah menetapkan bahwa perkawinan atau pernikahan ideal adalah yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan (Kej. 2:18,21-25). Hal tersebut merupakan ketetapan dari Tuhan yang sudah dilakukan oleh manusia selama beribu-ribu tahun lamanya.
Sekilas terasa gampang untuk memilih pasangan. Namun pada pelaksanaannya, banyak hal yang membuat banyak orang berpikir berkali-kali untuk memiih pasangan. Ada berbagai faktor pertimbangan. Seperti ekonomi, sosial, agama dan sebagainya.
Ada seorang laki-laki Kristen berkulit gelap yang menyukai seorang perempuan Kristen berkulit terang. Perempuan tersebut berkata kepada laki-laki itu “gelap dan terang tidak dapat bersatu, jelas ada di Alkitab”.
Maksud dari pernyataan perempuan tersebut adalah untuk menolak cinta dari si laki-laki. Padahal laki-laki tersebut merupakan seorang Kristen yang takut akan Tuhan, baik sikapnya, dan juga memiliki rupa yang tidak jelek. Hanya saja kulitnya berwarna gelap.
Apakah pernyataan “gelap dan terang tidak dapat bersatu” merupakan dalil untuk memilih pasangan hidup?
Kalimat “gelap dan terang tidak dapat bersatu” jelas bersumber dari 2 Kor. 6:14. Tetapi konteksnya adalah nasihat Paulus kepada jemaat Korintus supaya memilih pasangan yang se-iman, bukan se-warna kulit.
2 Kor 6:11–15
11Hai orang Korintus! Kami telah berbicara terus terang kepada kamu, hati kami terbuka lebar-lebar bagi kamu. 12 Dan bagi kamu ada tempat yang luas dalam hati kami, tetapi bagi kami hanya tersedia tempat yang sempit di dalam hati kamu.
13 Maka sekarang, supaya timbal balik – aku berkata seperti kepada anak-anakku –: Bukalah hati kamu selebar-lebarnya!
14 Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?