Kebutuhan energi kian bertambah jika diikuti dengan bertambahnya jumlah penduduk pada suatu wilayah. Manusia yang mana secara langsung atau tidak langsung di dalam kehidupannya pasti menggunakan energi dalam menjalani kehidupan mereka. Persediaan energi merupakan hal yang penting untuk kita dijaga, terlebih energi yang kita gunakan sekarang adalah energi tidak terbarukan sehingga persediaan energi bisa saja habis suatu saat nanti.Â
Oleh sebab itu mulai muncullah beberapa inovasi terkait energi yang dapat diperbarui, salah satunya adalah biogas. Biogas dapat diartikan sebagai sebuah hasil dari dekomposisi bahan organik yang dilakukan dari proses fermentasi anaerob sehingga mampu menghasilkan gas metana (CH4) yang dapat dibakar. Biogas ditujukan pada pemakaian kebutuhan rumah tangga juga industri (Yahya et al., 2018).
Biogas ialah salah satu jalan keluar paling efektif dalam pemanfaatan kotoran sapi yang ada. Kotoran sapi akan dapat diubah menjadi bahan yang memiliki nilai ekonomi. Tidak hanya itu, di dalam prosesnya juga mampu menghasilkan produk sampingan berupa pupuk cair dan padat. Proses diolahnya limbah organik dengan cara anaerobik adalah metode yang cukup efektif serta murah.Â
Dengan dilakukannya pengolahan ini, pemanfaatan bakteri anaerobic dengan kondisi tidak ada oksigen mampu menguraikan bahan-bahan organic sehingga gas metana dapat dihasilkan sebanyak 50-70% ditambah dengan CO2 sebanyak 25-45%. Pengumpulan kotoran atau feses dari ternak ke dalam sebuah gester (berupa tangki yang kedap udara). Di dalam digester tadi, nantinya kotoran akan dicerna juga dilakukan fermentasi oleh bakteri. Gas yang timbul dari proses ini ditampung di dalam digester (Soeprijanto, 2017).
Proses fermentasi yang dilakukan untuk membentuk biogas biasanya dilakukan dengan tambahan campuran air pada komposisi tertentu. Proses fermentasi yang dilakukan biasanya memakan waktu sekitar 14-21 hari agar biogas dapat dihasilkan. Biogas dapat digunakan selama 2 hari. Akan tetapi, produksi biogas juga seringkali gagal. Hasil dari analisis kualitatif yang dilakukan pun menunjukkan jika terdapat beberapa penyebab kegagalan yaitu masalah gagalnya proses, gagalnya komponen secara fisik, juga faktor dari manusia itu sendiri.Â
Meskipun begitu, inovasi biogas ini mendorong manusia untuk dapat memanfaatkan limbah sekitar untuk hal-hal yang lebih efektif dan efisien sehingga tidak terbuang sia-sia. Hal ini juga mendukung dalam pengurangan BBM yang berasal dari bahan tidak terbarui.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H