Mohon tunggu...
Fatimah Khairini Munir
Fatimah Khairini Munir Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Baru UIN Maulana Malik Ibrahim

Mahasiswa S1 Manajemen UIN Maulana Malik Ibrahim

Selanjutnya

Tutup

Financial

EMS (Sistem Moneter Eropa) dan Wacana Mata Uang Tunggal ASEAN

10 Maret 2024   20:43 Diperbarui: 10 Maret 2024   20:50 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Sejarah awal dari terbentuknya Sistem Moneter Eropa atau EMS dimulai ketika perang dunia kedua, pada awalnya mereka memakai sistem Bretton Woods untuk mencoba menjaga stabilitas antar mata uang utama. Tetapi sistem tersebut kemudian dibatalkan pada tahun 1971. Negara-negara Eropa kemudian meluncurkan Sistem Moneter Eropa pada tahun 1979, dan para pemimpinnya berupaya mencapai stabilitas moneter melalui nilai tukar yang stabil. EMS meluncurkan Unit Mata Uang Eropa dan mekanisme Nilai Tukar Eropa untuk mencapai tujuan utama stabilitas moneter dan berupaya menuju gagasan pasar tunggal di Eropa. Ia hanya berlaku hingga tahun 1999 dan kemudian digantikan oleh Uni Moneter Eropa (EMU) dan Euro.

Sistem Moneter Eropa bertujua untuk mencapai makroekonomi sebagai stabilitas nilai tukar, mendorong kovergensi ekonomi antar negara anggotanya, dan menciptakan kerangka kerja untuk pembentukan Uni Ekonomi dan Moneter Eropa. Tujuan tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan lingkungan ekonomi Eropa yang lebih terintegrasi dan stabil. EMS diciptakan sebagai nilai tukar yang stabil dan memudahkan perdagangan dan kerjasama antar negara-negara di Eropa melalui mekanisme nilai tukar uang (ERM). ERM didasarkan pada Unit Mata Uang Eropa (ECU) yang terdiri dari sekeranjang 12 mata uang Eropa yang ditimbang berdasarkan produk domestik bruto (PDB).

Seiring berjalannya waktu EMS mengalami beberapa kali perubahan, yang paling signifikan adalah transisi dari EMS ke Uni Ekonomi dan Moneter Eropa dengan diperkenalkannya euro pada tahun 1999. Hal tersebut membentuk mata uang tunggal untuk zona Euro. Pada kondisi saat ini Euro memberi perubahan besar pada sistem moneter internasional, dampak positifnya memperkuat kedaulatan moneter dengan memungkinkan perusahaan-perusahaan Eropa melakukan perdagangan di seluruh dunia tanpa ancaman tindakan ekstrateritorial yuridiksi oleh pihak ketiga. Manfaat penggunaan Euro secara global menimbulkan efek skala diantara negara ketiga akan meningkatkan likuiditas dan preferensi terhadap aset-aset Euro. Karena meningkatkan pendanaan dan biaya perdagangan untuk kawasan Euro, dan meningkatkan ketahanan kawasan euro terhadap guncangan keuangan. Sistem moneter yang lebih likuid meningkatkan efisiensi pasar dan mengurangi biaya transaksi dan risiko gangguan.

Meningkatkan peran internasional Euro akan memerlukan waktu dan memerlukan kombinasi tindakan, dengan ukuran dan kepentingan yang berbeda-beda. Dimulai dengan fondasinya, yaitu memperkuat kesatuan moneter serta menyelesaikan pembangunan. Dalam hal ini, beberapa reformasi sedang dibahas, yang lain telah diusulkan oleh Komisi dan sedang dibahas oleh Negara-negara Anggota. Hal terakhir ini harus dibarengi dengan reformasi yang lebih mikro dan spesifik. Hal ini penting karena penggunaan euro mempunyai banyak dimensi termasuk diplomasi, perbaikan sistem pembayaran dan mendukung penggunaan euro dalam perdagangan energi dan komoditas. Untuk selanjutnya, peningkatan likuiditas pasar juga melalui penyediaan aset aman dalam denominasi euro akan menjadi hal yang penting.

Gagasan untuk menghidupkan kembali wacana ASEAN currency union sangat relevan mengingat negara-negara ASEAN sedang mengalami fluktuasi kurs dan menghadapi ancaman terkait potensi resesi 2023. Proses integrasi ekonomi dan keuangan ASEAN hingga penyatuan mata uang masih sangat sulit diwujudkan dan membutuhkan waktu lama. Pengalaman Uni Eropa yang memasuki fase akhir integrasi ekonominya dalam bentuk currency union setelah berproses selama lebih 60 tahun. Pembentukan mata uang tunggal ASEAN memang sangat kompleks karena melibatkan 10 negara dengan tingkat perkembangan ekonomi yang timpang. Kondisi ini kontras dengan negara-negara EU yang dari segi perkembangan indikator ekonominya relatif sama, mulai dari inflasi, defisit fiskal, rasio utang, tingkat bunga, dan pengangguran.

Sistem Moneter Eropa terbilang cukup unik karena dibuat untuk menstabilkan perdagangan serta memudahkan juga untuk melakukan kerjasama antar negara-negara di kawasan Eropa dengan menggunakan mekanisme nilai tukar (ERM). ERM difungsikan sebagai pengendalian nilai tukar terhadap mata uang negara lain tetap stabil. Sejak munculnya mata uang tunggal di eropa atau yang biasa lebih dikenal mata uang Euro membawa dampak yang positif bagi kestabilan internasional perdagangan di seluruh dunia tanpa ancaman dan meningkatkan ketahanan kawasan euro terhadap guncangan keuangan.

Wacana dalam menggagaskan kembali rencana pembuatan mata uang ASEAN terbilang cukup rumit dan unik dalam pembentukannya dikarenakan menggabungkan beberapa negara yang ada di ASEAN untuk bisa terlibat, setuju serta memenuhi prasyarat terkait kondisi ekonomi di masing-masing negara dan lainnya. Tentu hal tersebut tidak mudah karena perlu mengkaji secara detail terkait hal hal yang mungkin dapat menghambat pembuatan mata uang ASEAN ini, sehingga dibutuhkan proses integrasi ekonomi dan pengelolaan keuangan ASEAN hingga penyatuan mata uang yang telihat masih sangat sulit untuk diwujudkan dan membutuhkan waktu lama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun