Setiap orang yang memilih untuk ikut dalam pemilihan pasti menginginkan pilihannya itu menang. Namun dalam demokrasi artian voting, kalah dan menang itu hasil mutlak.
Meskipun masih menyisakan pembahasan soal Pilpres, namun perlahan redup. Kebetulan juga kita sedang mengurus proposal keberangkatan Munas di Cimahi sehingga fokus teralihkan.
Pembahasan kembali terulang saat daftar nama-nama menteri telah jelas karena ada satu nama sebagai Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto.Â
Dengan hadirnya Prabowo di Kabinet Indonesia Maju, mereka berdua menganggap Prabowo adalah orang yang obsesi akan jabatan dan telah menghianati pemilihnya yang sudah memperjuangkannya.
Sedari awal kita menaruh harapan pada model dan sikap seseorang dalam berpolitik, semestinya apapun sikapnya dalam politik adalah juga harapan kita. Jika tidak, apa yang kita inginkan di balik itu?
Satu hal yang menarik yang dibicarakan Bobi dan Ajis, selain anlisis tentang duduknya para pengusaha sebagai penguasa, adalah hak untuk duduk menjadi perwakilan rakyat.
Bagi Bobi, semua orang itu pada dasarnya bisa menjadi pemimpin. Baginya: jika hanya berurusan dengan pengangaran dan kertas-kertas dia merasa mampu. Kerjanya sehari-hari juga adalah merekapitulasi/pembukuan perputaran modal koperasi yang dibina olehnya.
Perempuan diberikan hak di parlemen. Jika perempuan diberikan hak di parlemen, baginya, "kenapa penyandang disabilitas tidak? Bukanya Negara menjamin hak kita sebagai Warga Negara Indonesia?"
Memang seharusnya yang benar membahas problematika sosial adalah dia yang langsung hidup dan merasakan masalah itu secara langsung sehingga apa yang dibicarakan adalah benar apa adanya.
Jadi, bagaimana menurut Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H