Ia terperanjat dengan pemandangan aneh saat ia buka pintu kamarnya. Banyak orang berkumpul di ruangan tengah. Ada kedua adiknya, tetangga dan seluruh teman kerja. Terlebih ada ibunya yang menangis tiada henti, hingga tampak muka yang terlipat-lipat karena duka. Sesaat kemudian ibu jatuh pingsan yang disambut gema tangis kedua adiknya. Ia pun berlari untuk menggapai tubuh ibunya
Namun…
Tangannya tak sanggup sentuh tubuh renta itu. Berkali-kali ia berbilang-kata, berteriak, namun seperti tak ada yang mendengar.
Ia palingkan pandangannya pada tubuh yang terbaring di tengah ruangan. Tubuh yang terbungkus seluruhnya dengan kain wangi.
Tiba-tiba ada sesosok pria tua yang datang dan tersenyum kearahnya. Pria itu adalah ayahnya.
“Jenasah itu adalah kamu.” Kata ayah
Tampak ibu siuman, dan langsung meloncat memeluk jenasah. Ibu berteriak-teriak, tak rela ditinggalkan anak sulungnya. Paman berusaha menenangkannya.
“Tidak bisa Dik, dia sangat berarti. Aku ingin mati sebelum dia Dik. Aku tak mau begini, tak mau!” katanya saat dipeluk paman. Tangis ibu masih saja tak berhenti.
Tiba-tiba anak bungsu mendekati ibu. “Aku juga pingin mati sebelum Mba, Bu… “ sambil pandangi lembut ibunya, “Kalau semua pingin begitu, kapan Mba akan tenang untuk pergi?, karena kita semua ga rela… pasti Mba sedang melihat ini Bu, dia pasti lebih sedih Bu…”
***
Ia terbangun mendadak, ketika bahunya digoyang-goyang oleh seorang wanita.