Pagi ini, seperti biasa, aku bekerja sebagai penjaga lapak buah-buahan di Pasar Beringharjo. Lapak ini milik Bu Wira. Setelah dua jam berselang seorang ibu dengan dua anaknya berhenti dan mengamati buah jeruk. Ibu itu mengenakan jilbab bercadar. Aku tak habis pikir, dengan suhu panas begini masih ada juga orang yang segitu rapetnya berbusana.
”Silakan Bu, disini dijamin murah dan berkualitas,” kataku sambil menunjukkan beberapa jeruk. Tak kusangka ternyata anaknya yang kecil sangat nakal. Berkali-kali ia merengek, hingga puncaknya dia menarik cadar ibunya. Tampaklah muka ibu itu olehku. Dan... luar biasa cantiknya. Masih muda, seumuran denganku mungkin. Belum pernah aku melihat wanita secantik itu. Aku mengakui ini meski aku juga seorang wanita.
Dengan cepat ibu itu memasang kembali cadarnya, kemudian jongkok dan pandangi lembut anak kecilnya itu, ”Ukhti kecil, Alloh sayang sama orang-orang yang sabar. Ummi belanja dulu. Sebentar lagi kita ketemu Abi. InsyaAlloh ya sayang,”
”Ummi, nanti sore aku main ke Ami Burhan ya.” tiba-tiba anak yang satu bertanya.
”Umar, Ummi kan sudah pernah bilang, orang yang jujur itu disayang Alloh. Ummi tahu, Umar akan bermain di sungai kan? Kemarin juga begitu.” kata Ibu itu sambil mengelus rambut anak laki-lakinya itu.
”Afwan Ummi...,” pinta Umar.
Sedikit tersentak, ternyata sedari tadi aku bengong! Aku tak pernah, melihat kelembutan seorang ibu seperti ini. Tak pernah ia mengucapkan kata-kata negatif, seperti tidak, jangan, bohong. Sebagai orang yang pernah sekolah, meski putus, aku masih bisa memahami sifat seseorang.
”Mba, saya milih yang ini.” kata ibu itu sambil memilah satu persatu di sisi kiri. Sebelumnya ia telah mencoba rasa jeruk di sisi itu.
”Maaf Bu...” tak ingin kubawa lagi kebohongan ini.”Yang itu masam Bu, ” aku pilahkan jeruk disisi sampingnya. ”Saya pilihkan ya Bu. Silakan dicoba dulu.”
***
Sudah dua minggu ini ...