Media sosial adalah media digital di mana pengguna dapat berinteraksi, dan berbagi konten secara virtual. Ini merupakan panggung dunia maya di mana individu dapat berkolaborasi, membangun relasi, dan mengekspresikan diri melalui berbagai bentuk seperti melalui teks, video dan gambar. Melalui media sosial, pengguna dapat menemukan komunitas dengan minat yang sama, memperluas jaringan pribadi dan profesional mereka, serta mengikuti perkembangan berita. Ini adalah ruang terbuka yang menghubungkan orang-orang dari berbagai belahan dunia yang memungkinkan adanya pertukaran informasi, ide, dan pengalaman secara global.
Tetapi, tahukah kamu dalam sebuah data statistik katadata.co.id. Sensus penduduk Indonesia di Tahun 2020, terdapat ada enam generasi yang ikut serta dalam populasi total penduduk indonesia yaitu Pre-boomer berkisar 1.87 persen, baby boomer 11,56 persen, generasi x 21,88 persen, generasi millenial 25,87 persen, generasi z 27,94 persen dan post-gen z 10,88 persen. hasilnya menunjukan mayoritas penduduk indonesia didominasi oleh generasi millenial dan generasi z.
Kedua generasi ini masing-masing menghadapi perubahan dalam beraktivitas yang sama dimana terbiasa dengan kecanggihan teknologi, memungkinkan mereka berinteraksi tanpa harus bertemu secara tatap muka, bekerja lebih efisien, dan mudah mencari informasi. Hanya saja cara mereka berhadapan dengan teknologi mungkin berbeda saat menyikapinya. Tak jarang dari mereka dilema ketika ingin mencari ketenangan tetapi sulit lepas dari ponsel, alasannya adalah kebutuhan pekerjaan, dan takut ketinggalan informasi. Pernahkah Kamu merasakan energi kamu habis hanya karena melihat kehidupan orang lain melalui sosial media?, Misalnya temen-temen kamu pada cuti liburan, udah pada nikah, kerja di perusahaan terkenal, jalan-jalan keluar negri, lah kamu sendiri? Masih disini-sini aja. Kamu pengen berhenti dari hiruk-pikuk media sosial tapi bingung mulai dari mana?, yuk kita bahas tipsnya sama-sama disini.
1. Tentukan Tujuan
Dalam menyusun sebuah sistem yang akan membentuk kebiasaan, perlu adanya tujuan. tujuan ini berfungsi sebagai "kompas" ketika kita kehilangan arah dan tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Kita masih ada penunjuk arah agar kita tetap berada di jalur yang tepat. Tetapi, tujuan bukanlah untuk dicapai tetapi dituju. Artinya, tujuan bersifat jangka panjang, terwujud atau tidaknya bergantung dengan kebiasaan yang kita bangun dan hal ini bisa kita pecah menjadi subkecil.
Untuk memulai dan berkomitmen untuk melakukan social media detox, penting untuk menanyakan pertanyaan mendasar kepada dirimu. Seperti:
Apakah kamu melakukannya untuk diri sendiri atau hanya untuk tren semata?
Sejauh ini selain untuk kebutuhan bekerja, seberapa bermanfaatkah sosial media bagimu?
Apa motivasimu untuk tidak takut merasa tertinggal (Fomo)?
2. Mulailah menulis Kebiasaan kecil yang Berkontribusi terhadap Dampak Perkembangan dirimu
Terkadang kegiatan kecil yang sering kita lakukan, jarang diperhatikan dan direnungkan terlebih apakah ini bermanfaat atau tidak sehingga membentuk kebiasaan dalam jangka panjang. Maka dari itu, tujuan dari menuliskan hal yang berkontribusi terhadap dampak yang ditimbulkan, membuat kita untuk berefleksi kembali kepada diri sendiri. Cara Ini dikenal dengan prinsip Parreto, dimana prinsip Parreto sering disebut dengan prinsip 80/20. Hal tersebut karena prinsip ini menyatakan bahwa, sekitar 80 persen hasil, sebenarnya dihasilkan oleh adanya 20 persen input atau dorongan. Biasanya prinsip pareto digunakan untuk menentukan probabilitas suatu bidang seperti manajemen, pemasaran, dan analisis data. Tetapi, prinsip ini juga berguna untuk kehidupan sehari-hari seperti kebiasaan buruk sebagai permisalan untuk dirubah, dan juga sebagai metode untuk menekuni kebiasaan baik seperti membaca buku, berenang, bermeditasi dan lain sebagainya. 20 persen merupakan kebiasaan kecil yang kita lakukan setiap hari. sedangkan, 80 persen adalah hasil yang ditimbulkan dari kebiasaan tersebut apakah membuat kita merasa bahagia atau tidak. Untuk membuatnya lebih konkret, kamu perlu menyiapkan secarik kertas dan sebuah pena. Lalu, tulis kebiasaan yang ingin kamu ubah. Disini kita contohkan bermain media sosial, karena media sosial merupakan bagian dari 20 persen kebiasaan kecil yang kita lakukan setiap hari, maka kamu tulis di sebelah kiri. sedangkan, sebelah kanan kamu tulis hasil, yang mana identik menentukan proses kamu yaitu 80 persen, yang kamu peroleh melalui pengalaman yang kamu rasakan. Terakhir, gambarlah garis pemisah di antara keduanya.
3. Kontrol intensitasnya menjadi lebih sedikit
Media sosial adalah sebuah panggung digital dan sebuah trend zaman dimana kita dapat membagikan keseharian aktivitas kita melalui ponsel. Rata-rata mayoritas orang menikmati bermain media sosial mereka, mulai dari instagram, twitter, tiktok, facebook dan lain sebagainya. Alasan dari mereka memiliki media sosial yaitu untuk bisnis online, berbagi konten, hiburan, bermain game online, interaksi, dan mencari informasi. Tetapi, terlalu berlebihan dalam mengonsumsi media sosial akan membuat diri kita akan cenderung terkena gangguan kesehatan mental dan lebih mengenal kehidupan orang lain daripada diri kita. Alangkah lebih baiknya, media sosial cukup digunakan hanya untuk hal-hal penting saja. Bermain media sosial itu sama seperti kita makan siang dengan menu ayam dan nasi saja setiap hari, jika kita tidak berinisiatif untuk menambah ragam sayur-mayur dan kacang-kacangan dalam satu piring maka kita akan jenuh. Begitu juga dengan media sosial. jika kita terlalu lama menggunakannya, energi kita akan cepat habis. cobalah untuk mencari kegiatan yang menambah pengalaman atau skill dalam hidup kita. Justru hal ini akan dapat kita kenang selama hidup kita. Walaupun, tanpa harus mengunggah ke media sosial. Bukankah jumlah sedikit akan lebih baik?
3. Mengubah tampilan menjadi grayscale
Mata manusia cenderung menyukai warna, karena bentuk informasi visual ditampilkan dapat lebih jelas dan menarik perhatian. warna merupakan pemikat dari sebuah gambar yang dimana kita dapat merasakan gambar tersebut hidup. Misalnya, jika kita menonton televisi dengan warna hitam putih. Maka, kita akan mudah bosan. Berbeda jika berwarna, bisa saja kita akan menghabiskan berjam-jam hanya untuk menonton. Cara ini ampuh ketika kamu ingin menjaga produktivitas tapi kamu tidak ingin terhanyut terlalu lama ketika bermain game atau menonton video reels. Tata cara mengubah tampilan menjadi grayscale:
1. pergi ke “Setting” > pintasan dan aksesibilitas
2. lalu pilih “aksesibilitas” > warna dan gerakan
3. terakhir, pilih “koreksi warna” > aktifkan hitam putih.
4. Cari aktivitas lainnya
Sosial media adalah kegiatan yang pasif dan tidak perlu mengeluarkan tenaga ketika ingin membukanya dan bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, sehingga disebut dengan "cheap dopamine", maka lawanlah dengan kegiatan aktif dan sehat. Daripada kita terus-terusan melihat kehidupan orang lain melalui media sosial, lebih baik kita fokus terhadap pengembangan diri atau jika kita ingin berbincang dengan teman, kita bisa bertemu secara langsung. Dengan cara ini kita secara alami membangun hubungan sosial kepada orang lain dan secara tidak langsung dapat meningkatkan kecerdasan emosional. Media sosial hanyalah polesan atau bias dari kehidupan nyata seseorang, percayalah pasti setiap orang ingin terlihat sempurna oleh publik. Sementara, waktu yang kita punya adalah sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang. Maka, gunakanlah dengan sebaik mungkin. "Percuma saja berjam-jam kita melihat kehidupan orang lain, toh yang merasakan juga hanya mereka bukan kita kan?". Ayo Temukan bahagiamu! Bahagia itu dibuat bukan di cari, itulah jawabannya. maka pelajarilah skill mulai dari mengembangkan minat atau hobi.
5. Stop
Stop bermakna "Berhenti", yang berarti kamu mencopot media sosial dari ponsel kamu dan berhenti melihat kehidupan orang lain melalui kacamata dunia maya. Jika kamu merasa jalan satu-satunya untuk menemukan kedamaian di dalam diri adalah berhenti dari media sosial. Kamu bisa memulai dengan berhenti melihat “trending page” dan berhenti melihat story teman kamu. Karena Trending page adalah suguhan hal yang viral dan blm tentu sejalan dengan nilai yang kamu pegang, begitu juga dengan story teman kamu. Tentunya sudah pasti bisa ditebak kegiatannya yang akan diupload dimedia sosial seperti berbucin ria dengan pacar, bersantai di coffee shop, atau post sesuatu yang viral. Bila cara di atas gagal dilakukan, kamu bisa coba copot aplikasi tersebut. cobalah mencopotnya selama 30 hari, lalu rasakan hasilnya.
6. Sembunyikan aplikasi
Jika kamu tipe orang yang tidak mau kehilangan akun media sosial, kamu bisa menggunakan fitur menyembunyikan. Adanya fitur ini, memungkinkan kamu untuk tidak melihat aplikasi dalam mode disembunyikan, sehingga tak terlihat ketika dicari di search bar atau home, dan untuk membukanya menggunakan sandi, sehingga minim kehilangan data pribadi daripada mencopotnya. Berikut cara menyembunyikan aplikasi:
1. Pergi ke “keamanan”
2. Cari "Privasi dan penyandian aplikasi"
3. Ketik nomor privasi kamu
4. Pilih “Penyembunyian aplikasi”
Cari aplikasi yang ingin di sembunyikan, lalu aktifkan menu “on”
7. Terakhir, Jika kamu sudah terbiasa untuk tidak bermain media sosial dan berniat ingin membukanya, bukalah dengan penuh rasa Bertanggung jawab
Dalam sebuah buku "Digital Minimalism" karya Cal Newport, yang di ulas oleh Maudy Ayunda, trik sederhana untuk tidak gampang terjebak dari lingkaran media sosial tanpa henti adalah "jangan scroll sosmed tanpa tujuan".
Setelah kamu terbiasa hidup tidak bergantung dengan media sosial dan damai dalam kesendirian tanpa merasa terganggu oleh notifikasi yang memaksamu untuk melihatnya atau membujukmu untuk berusaha mengunggah apapun kegiatanmu hari ini. Disini kamu perlahan memulai dan mendesain ulang dirimu. Saatnya yakinkan pada diri sendiri untuk tidak menyamakan bersosialisasi secara nyata dan bermain media sosial, cobalah tanyakan kembali kepada dirimu sendiri seperti "Apakah Kamu yakin sosial media adalah tren gaya hidup yang harus diikuti?". Ingatlah media sosial adalah alat untuk mempermudah kehidupan manusia, bukan mempersulit. disisi lain, jika disalahgunakan media sosial dapat membentuk seseorang menjadi pribadi yang judgemental, yaitu perilaku yang suka menghakimi atau terlalu mengatur kehidupan orang lain. Meskipun begitu, mereka tidak mengenalnya secara pribadi. Jadi, jika kamu mau bermain media sosial pastikan konten selaras dengan dirimu. Tentunya yang memiliki nilai positif, dan kalau pun kamu ingin bermain cukup lama, bukalah ketika di waktu hari libur saja tetapi buat batasan yang jelas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H