Mohon tunggu...
Fiza Mafina
Fiza Mafina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sejarah Tasawuf Islam

16 Desember 2023   13:37 Diperbarui: 16 Desember 2023   13:45 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abu Bakar, seorang saudagar kaya dari Mekkah, meninggalkan seluruh harta miliknya untuk mengikuti dakwah Nabi, meskipun dia juga memiliki akhlak yang baik dan selalu menjalani kehidupan yang bertaqwa dan shaleh. Dia hanya mengenakan secarik kain ketika dia masih hidup. Bahkan seluruh hartanya diberikan untuk negara dan agama. 

Sahabat Nabi, Umar bin Khatab adalah orang yang baik hati dan berakhlak mulia. Ini menggambarkan kehidupan raja Sufi Umar. Pakaian Umar ditambal saat dia pertama kali naik mimbar untuk berpidato. Kedua, saat Abdullah bin Umar masih kecil dan bermain dengan teman-temannya, semua temannya mengolok-oloknya karena bajunya penuh tambalan. Ia akhirnya menceritakan hal itu kepada ayahnya, Umar bin Khattab, yang saat itu menjadi panglima bangsa.

Allah memberi Ustman bin Affan banyak rezeki. Namun, kekayaannya tidak mempengaruhinya; dia terus membaca Al-Qur'an setiap malam dan terus mempelajarinya hingga larut malam, bahkan ketika dia dibunuh oleh para pemberontak.

Ali Bin Abi Thalib adalah salah satu sahabat yang paling sederhana. Dia menjahit pakaiannya sendiri ketika pakaiannya robek selama jabatannya sebagai raja. Suatu hari, ketika seseorang bertanya kepadanya mengapa pakaiannya robek, dia hanya menjawab bahwa itu karena dia rendah hati dan ingin menjadi teladan bagi orang-orang yang beriman.

  • Periode III Masa Tabi'in (41 H -- 100 H)
  • Para ulama sufi di kalangan tabi'in adalah diantara para sahabat santri para ulama sufi, di kalangan para tabi'in sufi terdapat beberapa tokoh seperti : Al-Hasan Al-Bashri yaitu. 22 H - 110 H (sering dianggap sebagai pendiri atau pendiri tasawuf), Rabiah Al-Adawiyah meninggal pada tahun 105 H (Dia dikenal dengan tasawuf karena cintanya yang murni kepada Allah SWT.), Sufyan bin Said Ats-Tsaury hidup dari tahun 97 H sampai 161 H, Daun At-Thaiy meninggal pada tahun 165 H., Syaqieq Al-Balkhiy meninggal pada tahun 194 H.[10]

Pada masa Tabi'in inilah  tasawuf mulai diajarkan dalam bentuk mata pelajaran ilmiah. Selain itu ajarannya menekankan pada konsep zuhud, raja', khauf dan mahabbah, berpedoman pada Al-Qur'an, Sunah dan Hadits para Sahabat.[11]  

  • Periode IV Masa Penyebaran Tasawuf (100 H -- 450 H)
  • Perkembangan tasawuf pada masa itu cukup pesat, ditandai dengan adanya kelompok-kelompok sufi yang mencoba menyelidiki hakikat ajaran tasawuf yang berkembang pada saat itu, sehingga berkembang menjadi tiga jenis, yaitu tasawuf yang. itu pada dasarnya adalah psikologi, etika dan metafisika. Dan pada saat itu, tasawuf mulai menyebar ke luar negara-negara Arab seperti Iran, India, Afrika dan lain-lain. Hal ini juga ditandai dengan tumbuhnya sekte-sekte keagamaan serta pengaruh filsafat dan Syiah terhadap konsep tasawuf. Para sufi yang muncul pada masa ini antara lain Ma'ruf Al-Kharkhi, Abu Sulaiman Ad-Darani, Abul Faidh Dzun Nun bin Ibrahim Al-Mishri, Harits Al-Muhasibi, Abul Hasan Sirri As-Siqti dan lain-lain.
  • Menurut yunasrii ali, tasawuf pada masa ini ditandai dengan hal-hal berikut:
  • Berkembangnya tarekat, berikut kami jelaskan beberapa tarekat agama islam yang besar dan terkenal.
  • Tarekat Qadiriyyah, tarekat ini didirikan oleh Abdul Qadir Al-Jilani (w. 561 H). Al-Jilani mengikuti fiqh Hanbaliyyah dan menerima tiga belas cabang ilmu: nahwu, fiqh, ushul-fiqh, ilmu hadits dan lain-lain. Dia mempromosikan atau menghubungkan melalui Quran dan Sunnah. Perintah di atas masih berlaku di Mesir, Sudan, kedua wilayah tersebut, atau Asia atau Afrika.
  • Tarekat Rifa'iyah, tarekat ini didirikan oleh Ahmad Rifa'i (w. 578 H), tarekat ini didirikan dalam lingkungan keagamaan. Beliau adalah orang yang shaleh dan termasuk dalam madzhab Syafi'i. Ahmad Rifa'i menyebarkan ajarannya ke wilayah agama Islam lainnya dan terus berkembang di Mesir dan negara-negara Islam lainnya. Banyak terjemahan syara'i ceramah Ahmad Rifa'i tentang asketisme, ma'rifat dan cinta.
  • Tarekat Suhrawardiyyah, tarekat ini didirikan oleh Abu Al-Najib Al-Suhrawardi (w. 563 H) dan Al-Suhrawardi Al-Baghdadi (w. 632 H). Al-Suhrawardi Al-Bahgdadi menulis kitab yang cukup terkenal berjudul Awarif Al-Maarif. Isi  kitab tersebut adalah kaidah-kaidah tarekat dan beliau diakui sebagai pendiri tarekat  sebenarnya.
  • Tarekat Syadziliyyah, tarekat ini didirikan oleh Abu Hasan Al-Syadzili (w. 656 H). Ia berasal dari Tunisia kemudian melakukan perjalanan ke Mesir dan menetap di Alexandria. Pengikut Syadzil antara lain Abu Al-Abbas Al-Mursi, Ibnu Atthailahal-Syakandari dan Ibnu Abbad Al-Runda. Tarekat ini mengikuti fikih Maliki dalam bidang fiqih, dan dari segi pendistribusiannya, tarekat Syadziliyah  paling mudah dibandingkan dengan tarekat Qadariyyah.
  • Tarekat Ahmadiyah, tarekat ini didirikan oleh Sayyid Ahmad Al-Badawi (w. 675 H). Ia berasal dari Maroko, kemudian melakukan perjalanan ke Mekah dan menetap di Mesir. Tarek ini berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah, karena menurut Al-Badawi tarek ini berlandaskan Al-Qur'an, Sunnah, kejujuran, kejernihan hati, kesetiaan, menepati janji dan menghadapi penderitaan. Tarekat ini berkembang dari kediaman tokoh utama di Mesir hingga saat ini.
  • Tarekat Birhamiyyah, tarekat ini didirikan oleh Ibrahim Al-Dasuqi Al-Qurysi (w. 676 H), beliau berasal dari putra Mesir. Mirip dengan putusan sebelumnya, Al-Dasuqi menekankan aturan syariah. Syariat  adalah yang utama, sedangkan inti adalah cabang-cabangnya. Meskipun syariat memuat semua ilmu yang diperlukan, hakikatnya memuat semua ilmu yang tersembunyi. Perintahnya tersebar luas di Mesir, Syria, Hijaz dan Hadramaut.
  • Tarekat Kubrawiyah, tarekat ini didirikan oleh Najmuddin Kubro (w. 618 H), ia berasal dari Persia.  Fariduddin Al-Atthar kemudian bergabung dengan tarekat ini. Saat berada di Turkistan, Ahmad Al-Yasawi (b. 562 H) mendirikan Tarekat Yasawiyah, kemudian di Asia Tenggara Mu'inuddin Hasan Al-Syyti (w. 623 H) juga mendirikan tarekat  yang disebut Syysytiyayah.[12]
  • Mulai mengenalkan pengenalan filsafat pada tasawuf. Al-ijtihad, al-fana', al-baqa', al-hulul, hanya Muhammad dipengaruhi oleh filsafat Kristen, Hindu, magis dan neoplatonis yang banyak dipelajari pada saat itu.
  • Masuknya pengaruh Syiah ke dalam jiwa tasawuf menyebabkan lahirnya tasawuf. Ada yang disebut Wali qhutub dan ghauts, nujaba', nuqaba', abdal, autad dan lain-lain. Semua itu karena  pengaruh ajaran konsep Imam terhadap kalian kaum Syiah yang masih menunggu kedatangan rakyat jelata.[13]
  • Periode V Masa Pencerahan (450 H -- 550 H)

Pada periode ini perkembangan tasawuf lebih besar dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini terjadi karena  para ulama tasawuf melakukan upaya untuk mengembangkan doktrin tasawuf. Pada periode ini juga terlihat sosok bernama Al-Ghazali yang membawa tasawuf pada corak dan ciri khas Sunni.

Kemunculan Al-Ghazali (450-505 H/1057-1111 M) dalam sejarah tasawuf  memberikan gaya dan karakter tersendiri pada tasawuf. Ilmu tasawuf pada masa sebelumnya seolah-olah bertentangan dengan ilmu fikih, ilmu Kalam bahkan  filsafat. Melalui peran Al-Ghazali, ilmu tasawuf dapat dihubungkan dengan ilmu-ilmu lain, kajian keislaman lainnya, khususnya ilmu fiqh dan  kalam. 

Seperti yang sering terjadi pada sebagian tasawuf tertentu, penekanan terbesarnya adalah pada aspek mistik, sehingga pada saat yang sama aspek syariat terkesan terabaikan dan aspek spiritual diutamakan. Hal ini  membuat marah kaum Sunni karena mereka hanya menghargai aspek batiniah dan mengabaikan urusan syariah, yang berarti mereka tidak sepenuhnya mengikuti ajaran Islam. Hal ini, menurut Sunni, menyimpang dari pedoman Islam. Hal ini juga memunculkan gerakan yang berupaya mengintegrasikan dan mengembangkan kesadaran mistik dengan hukum Syariah. Selain itu, ada juga yang menggagas tradisi tasawuf baru  yang dianggap moderat.

Selain As-Saraj Ath-Thus dengan kitabnya Al-Luma' dan Al-Kalabadz dengan kitabnya Ta'aruf Li Madhab Ahl At Tasawuf, kemudian muncullah Al-Qushayiri dengan kitabnya Ar-Risalat Al-Qusyariyah pada tahun 438 H. juga merupakan gerakan yang mencapai puncaknya pada periode berikutnya,  Al-Ghazali yang agung, yang dengan karya monumentalnya Ihya' Ulum Ad-di mencoba menghadirkan model tasawuf yang baru dan tidak mengabaikan aspek lain yaitu  keimanan dan syariat. 

Al-Ghazali merupakan tokoh besar yang berupaya memulihkan kondisi masyarakat yang berada dalam kondisi ketidakpastian pengetahuan dan pengalaman keagamaannya. Al-Ghazal berhasil menciptakan pemahaman keilmuan kajian Islam (aqidah/kalam, syariah/fiqh, tasawuf) yang utuh dan terpadu.[14]

  • Periode VI Masa Kejayaan Tasawuf Falsafi (550 H -- 700 H)

Pada  abad ke-6 dan ke-7, ada dua hal penting yang sangat perlu diketahui, pertama: kebangkitan semi-filosofis yang bersinggungan dengan filsafat kemudian muncul sebagai tasawuf filosofis, dan kedua, munculnya tarekat  tasawuf (tariqat).[15]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun