Efikasi itu bukan hasil ujian, yang soalnya sama di tiap tempat uji klinis. Makanya yang berlaku patokan WHO, yang mempersyaratkan 50% lebih agar vaksin layak dipergunakan hasil uji klinis dalam keadaan darurat.
Banyak yang gagal paham dengan menganggap efikasi itu adalah tingkat ampuhnya vaksin melawan virus COVID19. Padahal tidak. Efikasi itu sangat erat dengan kondisi populasi. Dalam kondisi berbeda hasilnya bisa berbeda juga. Bahkan kalau mau mengakali hasil pun bisa. Caranya gini ya dalam contoh :
100 orang dikasih vaksin, 100 orang lain kasih placebo. Yang dikasih placebo pilih aja orang2 sableng yang jorok dan ga suka pake masker. 100 orang yg dikasih vaksin dijagain bener jangan sampai sakit. Bisa aja yang tetep kena kecil saja 5 orang.
Sementara itu, dari 100 orang yg sableng kena deh 75 orang. 75% dibandingkan versus 5% tertular dari kelompok bervaksin.
Perhatikan rumus berikut dengan faktor yang berbeda-beda pula :
(0.75 -0.05)/0.75 x 100% = 93.3% lihat, cuma 5 orang yg tertular dr 100 orang yang divaksin. Keren kan ?
Ok, lanjut main-main angka kita, kalau yang cuma dikasih placebo orang yg suka pakai masker gimana ? Taruhlah yang tertular cuma 35 orang.
(0.35-0.05)/0.35 x 100% = 85,71% nah efikasi turun ya. Padahal dari yang di vaksin angka tertularnya ga berubah ya.
Kita kasih lebih ekstrim, para placebo alias dikasih virus bohongan,menerapkan 3M, jadi ya tertular cuma 15 orang.
(0.15-0.05)/0.15 x 100% = 66.66% nah mirip kan hasilnya sama efikasi Indonesia ? Padahal sekali lagi yang tertular dari kelompok vaksin tidak berubah.
Nah, kemudian mengapa WHO menetapkan syart 50% lebih, lihat hitungan ini
(0.10-0.05)/0.10 x 100 % = 50 %
Dari kelompok placebo hanya 10 orang tertular saja dibandingkan kelompok yang divaksin. Ya ga perlu virus kalau begitu, lakukan 3M aja sama saja hehehe .... karena masyarakatnya dah taat dan disiplin.
Jadi populasi placebo tertular menentukan, sebaliknya populasi yang divaksin kemudian tertular juga faktor, dan tentu saja makin banyak orang yang diuji makin valid.
Disisi lain, vaksin itu cocok dibutuhkan untuk populasi yang sangat beresiko tertular. Makanya Turki, efikasinya tinggi karena 20% nya diujikan ke nakes yang tiap hari berhadapan dengan virus. Belum lagi relawannya besar.
Dan satu lagi di vaksin itu tetap tidak menjamin tidak akan tertular virus sama sekali, namun anti bodinya pasti terbentuk. Makin sehat anda ya makin jago antibodinya. Virusnya ga betah lama-la. Kalau ga da lagi inang yang ok, ya virusnya musnah dengan sendirinya itulah herd -immunity.
Vaksin itu dibuat ahlinya, di standarkan internasional. Maka yakinlah divaksin itu juga ibadah untuk ikhtiar kesembuhan nasional
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H