Mohon tunggu...
Sigit Santoso
Sigit Santoso Mohon Tunggu... Administrasi - Peduli bangsa itu wajib

fair play, suka belajar dan berbagi pengalaman http://fixshine.wordpress.com https://www.facebook.com/coretansigit/

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Vaksin Gratis Itu Harus, tapi 3M Jangan Kendor

21 Desember 2020   16:29 Diperbarui: 7 Januari 2021   11:01 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Container Sinovac (Antara FOTO)

Apakah Gratis?

Apakah Aman?

Sebenarnya ini wajar sih ditanyakan. Karena hidup sehat, menjadi sehat, dan tidak memperparah yang sudah sakit adalah tugas negara melindungi negara dan bangsa. 

Yang tidak wajar itu, mencari massa dengan menyebarkan ketidakpercayaan pada pemerintah. Dengan dalih apapun. Vaksin itu harus ada dulu. Vaksin memang tersedia dalam banyak pilihan merk dan produsen. Siapa pemilik vaksin paling bagus ? Paling mahal ada.

Mengapa demikian uji klinis tidak mungkin ada yang paling bagus, karena tiap vaksin dibuat dengan caranya masing-masing bisa ada di satu dua pasien tidak cocok. Tapi bukan berarti tidak aman. Yang paling mahal Pfizer misalnya : berhati-hatilah yang punya alergi berat. 

Di Inggris yang memborongnya pun dalam serangkaian uji klinis ada yang memicu kelumpuhan wajah atau Bell's Palsy. Itu belum permasalahan cara penyimpanan vaksin tersebut yang harus dalam suhu minus 70 derajat. 

Sedangkan Sinovac yang lebih ekonomis masih menunggu hasil uji klinisnya yang selalu butuh waktu lama. Yang kemarin di Bandung itu, juga ditunggu bersama hasil-hasil dari Brazil, Turki dan Chili. 

Efikasi yang dibicarakan di sini. Tentu saja tanpa dibuktikan di medan perang aslinya tidak ada gunanya. Efikasi yang berperan dalam ruang lingkup penelitian, masih bergantung pada sukarelawan. 

Makin banyak makin bagus. Tapi tetap saja kasus-kasus unik seperti Pfizer di atas, tak terelakkan. Karena tubuh manusia itu unik. Badan fisik tubuh di susun dari apa yang dimakan dan dipelihara oleh gaya hidup sehat, selebihnya umur yang memang pada saatnya nanti tidak mungkin abadi. 

Vaksin bukan obat, vaksin mempercepat pembentukan antibodi pemusnah virus. Terlebih saat darurat, terlalu berhati-hati dampak adalah keterlambatan aksi. Yang berarti jatuh korban terlalu banyak.

Maka solusi aksi-aksi paralel adalah jawabannya. Ekstrimnya kalau anda tidak menerapkan 3M (Memakai Masker, Cuci Tangan, Tidak Berkerumun) keselamatan anda tidak terjamin. 

Kalau anda tidak menyantap makanan berimbang gizinya yang pertahanan diri melemah. Kalau lingkungan anda juga tak disiplin juga saling menjaga, ya sudah skak mat. Karpet merah buat si virus.

Kalau saya, toh tanpa vaksin saat ini kesembuhan tetap tinggi. Yang menjadi masalah persebarannya cepat sehingga Rumah Sakit sudah hampir penuh. Maka perlu dihambat dan itu perlu kerja sama. 

Berhentilah saling mencari siapa yang salah, atau kurang serius. Jalankan saja protokolnya, jika vaksinnya nanti sudah massal bisa di terima masyarakat, mungkin virusnya masih ada tapi tentu sudah tak membahayakan lagi. Seperti halnya flu pilek dan demam kecil lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun