Meskipun Kedubes Rusia langsung membantah. Dan memang harus dibantah. Tudingan langsung Jokowi itu, jelas membuka kedok, dan pilihannya tinggalkan cara itu lagi atau makin banyak rakyat yang sadar bahwa mereka hanya sekedar obyek yang dibohongi terus menerus.
Berbicara cara tentu tak ada hubungannya dengan Rusia. Karena Christopher Paul dan Miriam Matthews dalam artikel yang berjudul The Rusdian Firehose of Falsehood menyebut metode Rusia itu dalam tema akademis menyoroti kasus-kasus proses politik elektoral serupa di Brazil, Mexico, dan Venezuela.
Lalu berbahayakah ? Ya jelas berbahaya kalau itu memperbodoh masyarakat. Seperti propaganda tiap anak lahir sudah menanggung utang, karena seakan-akan negara tidak bisa membayar hutang. Padahal satu hal penting yang disembunyikan adalah rasio utang terhadap PDB, yang bahkan saking pentingnya ada Undang-Undangnya yaitu Undang-Undang (UU) Keuangan Negara Nomor 17 tahun 2003, dimana rasio utang maksimum yang diperbolehkan hingga 60%. Artinya jika utang kita saja masih di bawah 30% amankah ? Terlebih, berapa PDB kita kalau begitu. US$ 1,02 triliun lho ? Sebegini banyak pendapatannya dibilang rakyat menderita.
Bahwa ada yang masih mengeratkan ikat pinggang itu realita, bahkan seperti di Papua baru kemarin tersentuh jalan dan listrik itu lebih harus diteruskan lagi pembangunannya. Â Yang pasti Indonesia, harus di tangan pemimpin yang sudah punya prestasi kerja bukan sekedar pintar mencari retorika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H